Bisnis.com, JAKARTA -- Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani menyampaikan kondisi rapat terbatas di Istana Negara yang membuat Presiden hingga Kapolri terkejut.
Dia menjelaskan, dalam rapat itu turut hadir Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk membahas terkait dengan tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
"Saat saya menyampaikan dalam rapat internal, di istana. Karena temanya adalah tentang TPPO itu kan tidak hanya inisial T yang saya sampaikan," ujarnya di Bareskrim Polri, Senin (29/7/2024).
Selain T, kata Benny, dirinya mengungkapkan sejumlah inisial terkait dengan TPPO mereka di antaranya S atau J, ALO atau AIN, RS, S dan MN terkait penempatan ilegal di Singapura.
Dihadapan pejabat negara itu, Benny menyampaikan sejumlah informasi terkait TPPO seperti modus, tujuan diberangkatkan, jumlah orang yang terlibat penempatan ilegal.
"Angka dan data bicara tentang modus operandi, bicara tentang daerah rekrutmen dan sektor pekerjaan. Ada yang diberangkatkan ke Singapura, pekerjaannya pekerja rumah tangga," tambahnya.
Baca Juga
Masih dalam rapat di Istana, politikus Hanura ini mengatakan dirinya juga mengungkapkan temuannya soal WNI yang bekerja di Kamboja. WNI itu terlibat dengan pekerjaan judi dan scamming online.
Dia juga mencatatkan WNI yang berada di Kamboja sebesar 89.440 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 1.914 migran di Indonesia telah dipulangkan dari Kamboja.
"Tapi yang dipekerjakan ke Kamboja adalah judi online dan scamming online. Nah, untuk Singapura kita sebut tadi inisialnya. Kemudian, untuk scamming online judi online kita sebut inisialnya T," pungkasnya.
Meskipun begitu, Benny masih enggan menjelaskan sosok T ke awak media. Dia menegaskan soal T bisa ditanyakan langsung kepada penyidik Bareskrim Polri.