Bisnis.com, JAKARTA — Vietnam menyambut pemimpin Rusia Vladimir Putin, pekan ini, meskipun ada keberatan keras dari Amerika Serikat (AS) dengan alasan bahwa tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresinya di Ukraina.
Menyitir dari Bloomberg, Sabtu (22/6/2024), Vietnam dan Rusia diketahui memiliki hubungan sejak Perang Dingin dan era Uni Soviet.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada akhir perundingan, Rusia menyambut baik partisipasi Vietnam dalam dialog awal bulan ini dan mengatakan mereka akan terus memperkuat hubungan antara negara-negara BRICS dan negara-negara berkembang, termasuk Vietnam.
Meski demikian, tidak jelas seberapa besar keterlibatan BRICS dalam perundingan tertutup Putin di Vietnam, meskipun kedua negara berjanji untuk meningkatkan kerja sama pertahanan dan energi.
China dan Rusia tengah mengarungi momentum penambahan anggota baru untuk blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Meskipun ada upaya Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk mencegah negara-negara tersebut berurusan dengan Moskow, perwakilan dari 12 negara non-anggota hadir pada Dialog BRICS di Rusia bulan ini.
Baca Juga
Negara-negara tersebut termasuk musuh lama AS seperti Kuba dan Venezuela, serta negara-negara seperti Turki, Laos, Bangladesh, Sri Lanka, dan Kazakhstan.
Vietnam juga ikut hadir dalam dialog tersebut, meski tahun lalu meningkatkan hubungan dengan Washington dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai penolakan terhadap meningkatnya pengaruh China di wilayah tersebut.
Hanoi telah mengikuti kemajuan kelompok tersebut dengan 'minat yang besar', seperti yang diungkapkan oleh lembaga penyiaran pemerintah Voice of Vietnam bulan lalu.
"Vietnam selalu siap untuk berpartisipasi dan berkontribusi secara aktif pada mekanisme multilateral global dan regional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Pham Thu Hang.
Sebuah klub ekonomi BRICS yang selama bertahun-tahun hanya terdiri dari lima anggota berkembang dengan masuknya Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia dan Mesir pada bulan Januari ini. Hal ini sebagian besar didorong oleh Tiongkok dalam upayanya meningkatkan pengaruhnya di panggung global.
Negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia, dianggap sebagai negara favorit untuk bergabung tahun lalu sebelum Presiden Joko Widodo mengindikasikan bahwa dia tidak akan terburu-buru mengambil keputusan.
Sementara baru-baru ini, Malaysia dan Thailand menyatakan minatnya untuk bergabung bersama BRICS mengurangi risiko-risiko ekonomi dari persaingan AS-China yang semakin ketat.