Bisnis.com, JAKARTA - NATO menyatakan berencana mengirim bantuan senjata ke Kyiv Ukraina, Saat ini pihaknya sedang mengoordinasikan terkait jumlah pasokannya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa rencana NATO tersebut menunjukkan keterlibatan langsung dalam konflik antara Rusia dengan Ukraina.
"Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah mengatakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Dia memperjelas bahwa sekarang masalah penyediaan bantuan militer kepada Kyiv tidak hanya akan dipertimbangkan dalam kerangka Ramstein, tetapi juga pada pertemuan Dewan NATO-Ukraina," katanya, dilansir TASS, Kamis (22/2/2024).
Dia mengatakan bahwa pertemuan ke-19 Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina diadakan di Markas Besar NATO di Brussels dalam kerangka Ramstein, pada 14 Februari 2024.
“Dengan kata lain, di tengah masalah pasokan senjata dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, aliansi tersebut, pada kenyataannya bertekad untuk mengambil peran mengoordinasikan pasokan senjata ke rezim Zelensky. Tampaknya NATO sangat terbuka mengenai hal ini, dan keterlibatan langsung dalam konflik tersebut," ujarnya.
Menyusul hasil tersebut, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov menginformasikan tentang peluncuran koalisi pertahanan udara yang dipimpin oleh Jerman, Prancis dan Amerika Serikat (AS), yang telah diikuti oleh 15 negara. Kemudian, sebanyak 20 negara juga telah bergabung dengan koalisi pembersihan ranjau.
Baca Juga
Sementara itu, Juru Bicara Kabinet Jerman Steffen Hebestreit mengatakan bahwa pemerintah Jerman bermaksud untuk mendukung Ukraina sebanyak mungkin dengan syarat Jerman tidak menjadi pihak yang bertikai.
“Sekali lagi, saya dapat menyebutkan tiga prinsip: kami mendukung Ukraina semaksimal mungkin; kami memastikan baik Jerman maupun NATO tidak menjadi pihak yang bertikai; dan kami berkoordinasi erat dan atas dasar kepercayaan dengan mitra dan sekutu kami, terutama dengan Amerika Serikat," katanya.
Secara keseluruhan, Jerman sejauh ini telah mengucurkan dana atau mencadangkan komitmen belanja masa depan sekitar 28 miliar euro atau setara Rp473,4 triliun untuk dukungan militer bagi Ukraina.
Selama kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Berlin, perjanjian bilateral mengenai kewajiban keamanan ditandatangani selama 10 tahun, dan mungkin akan berkepanjangan, pada 16 Februari 2024.
Adapun Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa pasokan senjata hanya akan membuat konflik di Ukraina berlangsung lebih lama.