Menurut ahli fisiologi di Indiana University Bloomington Zach Schlader, suhu 35 derajat Celsius (95 derajat Fahrenheit) yang oleh para ilmuwan disebut sebagai ukuran panas ditambah kelembapan adalah batas absolut toleransi manusia.
Seorang pekerja konstruksi India berusia 26 tahun di Singapura Senthil Logesh mengatakan tempat penampungan panas dan titik air harus dipasang di tempat dia bekerja saat ini.
Suhu di beberapa bagian kota yang lembab telah mencapai 37 derajat Celsius (98,6 derajat Fahrenheit) pada Mei, menyamai rekor yang dibuat empat dekade lalu.
Suhu dipantau di lokasi, dan pekerja diminta untuk beristirahat jika terlalu tinggi. Namun demikian, Logesh, yang bekerja 10 jam hampir setiap hari dalam sepekan, mengatakan bahwa setiap orang selalu basah karena banyak berkeringat.
Ketua Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dari badan ilmu iklim terkemuka PBB yang menilai dampak sosial-ekonomi dari perubahan iklim Profesor Chow mengatakan selama beberapa dekade mendatang, populasi diperkirakan berlipat ganda di Asia, dengan pertumbuhan terutama di kota-kota tingkat dua di negara-negara seperti Thailand, Indonesia, dan Vietnam.
"Tidak hanya akan ada lebih banyak konstruksi yang dilakukan, tetapi juga akan terjadi dalam kondisi yang lebih panas, jadi kita perlu mulai melihat pengurangan risiko bagi banyak orang yang rentan," ujarnya.
Selanjutnya, dia mengatakan bahwa pengurangan emisi penting untuk mencegah dunia dari pemanasan lebih lanjut.
Dia menekankan bahwa negara-negara juga perlu beradaptasi dengan gelombang panas, yang intensitas dan frekuensinya akan meningkat.