Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) mengutuk keras serangan udara yang dikirim oleh pesawat militer Myanmar pada Selasa (11/4/2023).
Pernyataan blok regional tersebut itu disampaikan pada Kamis (13/4/2023) atau dua hari setelah munculnya berita tentang serangan terhadap desa Pazi Gyi di Kotaparaja Kanbalu, Sagaing, Myanmar.
Ketua Asean tahun ini, Indonesia, menegaskan bahwa seluruh bentuk kekerasan harus segera diakhiri, terutama penggunaan kekerasan terhadap warga sipil.
Upaya tersebut dinilai menjadi satu-satunya cara untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi keberlangsungan dialog nasional yang inklusif untuk menemukan solusi damai yang berkelanjutan di Myanmar.
Indonesia juga menegaskan kembali komitmen Asean untuk membantu Myanmar dalam mencari solusi yang dapat diterapkan dan bertahan dalam waktu yang lama untuk krisis yang saat ini berlangsung di negara tersebut.
Seperti diketahui, Asean dan Kepala Junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing telah menyepakati lima poin konsensus terkait krisis di negara tersebut.
Baca Juga
Pertama, kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya.
Kedua, segera mulai dialog konstruktif antara semua pihak terkait untuk menemukan solusi damai demi kepentingan rakyat setempat.
Ketiga, utusan khusus Ketua Asean akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal Asean.
Keempat, Asean akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre.
Kelima, utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan seluruh pihak terkait.
Juru Bicara junta Myanmar Zaw Min Tun mengatakan bahwa beberapa dari mereka yang tewas akibat serangan udara adalah pejuang anti-kudeta berseragam.
Menurutnya, serangan udara yang dikirim oleh pesawat militer junta turut menghantam tempat penyimpanan mesiu dan ranjau. Oleh karena itu, pihaknya menyimpulkan bahwa serangan udara bukanlah satu-satunya penyebab tewasnya sejumlah pejuang anti-kudeta.
Mereka menilai, kematian para pejuang juga disebabkan oleh ranjau yang ditanam oleh Tentara Pertahanan Rakyat (PDF).
"Menurut informasi lapangan yang kami dapat, orang-orang terbunuh bukan karena serangan kami saja, ada beberapa ranjau yang ditanam di sekitar area itu," ujarnya dikutip dari Channel News Asia, Kamis (13/4/2023).
Selain Asean, kritik terhadap serangan udara yang dikirim pada Selasa (13/4/2023) itu juga dikecam habis-habisan oleh Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG). Mereka menilai bahwa tragedi tersebut menjadi bukti dari kejahatan militer Myanmar.
"Kami berbagi rasa sakit yang dirasakan oleh keluarga yang terkena dampak dari tragedi serangan udara ini," katanya dalam sebuah pernyataan, Kamis (13/4/2023).
Di sisi lain, perwakilan PBB Tom Andrews mengatakan bahwa masyarakat internasional perlu menghentikan aliran senjata ke Myanmar dan bekerja sama untuk menjatuhkan sanksi terkoordinasi kepada junta militer Myanmar.
PBB juga meminta agar junta militer Myanmar dapat segera diadili oleh badan global.