Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS dan Rusia Terlibat Debat Panas soal Ukraina di Sidang Dewan Keamaman PBB

Dalam sidang DK PBB, Rusia menuduh AS mengobarkan histeria dan campur tangan yang tidak dapat diterima dalam hal urusan negaranya.
Ruang Sidang Dewan Keamanan PBB/webtv.un.org
Ruang Sidang Dewan Keamanan PBB/webtv.un.org

Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mitranya dari Rusia terlibat perdebatan panas di sidang Dewan Keamanan saat membahas penambahan pasukan Rusia di perbatasannya dengan Ukraina.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan mobilisasi tersebut adalah yang terbesar di Eropa dalam beberapa dasawarsa. Sedangkan mitranya dari Rusia menuduh AS mengobarkan histeria dan campur tangan yang tidak dapat diterima dalam hal urusan negaranya, seperti dikutip dari BBC, Selasa (1/2).

Sebelumnya AS dan Inggris menjanjikan sanksi lebih lanjut jika Rusia menginvasi Ukraina.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan negaranya tengah menyusun undang-undang yang akan menargetkan jangkauan sanksi yang lebih luas daripada individu dan bisnis yang saat ini dekat dengan Kremlin.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield menyatakan Rusia tidak memberi jawaban yang diharapkan terkait eskalasi pasukan Moskow di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Dia mengatakan Rusia berencana untuk mengumpulkan puluhan ribu tentara di sepanjang perbatasan Belarus-Ukraina. Karena itu AS menyerukan pertemuan ini untuk memungkinkan Rusia memberi penjelasan tentang tindakan mereka.

Pertemuan terbuka di markas besar PBB di New York tetap berlangsung meskipun ada penolakan dari China dan Rusia.

Para pejabat AS telah berulang kali mendesak Moskow untuk mengambil jalur diplomatik ke depan dan memperingatkan bahwa invasi baru ke Ukraina akan menghasilkan sanksi yang cepat dan signifikan. Pesan itu ditegaskan kembali oleh Presiden Joe Biden pada hari Senin saat pertemuan itu berlangsung. Biden sendiri telah memilih duta besar untuk Ukraina tetapi menunggu persetujuan Ukraina.

Dalam sambutannya kepada Dewan Keamanan, Thomas-Greenfield mengatakan, "Kami terus berharap Rusia memilih jalur diplomasi daripada jalur konflik di Ukraina sebagaimna dikutip CNN. Akan tetapi, AS tidak bisa hanya 'menunggu dan melihat, katanya.

“Karena sangat penting bagi Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh perilaku agresif dan destabilisasi Rusia di seluruh dunia," ujarnya.

Thomas-Greenfield berbicara tentang penumpukan lebih dari 100.000 tentara Rusia di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina serta informasi intelijen AS bahwa Rusia telah memindahkan hampir 5.000 tentara ke Belarusia dan bermaksud untuk mengumpulkan "lebih dari 30.000 tentara di dekat perbatasan Belarusia-Ukraina pada awal Februari."

"Jika Rusia menginvasi Ukraina lebih jauh, konsekuensinya akan mengerikan," kata Thomas-Greenfield mengancam.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia mengklaim rekan-rekan PBB telah menimbulkan ketegangan dan retorika. Bahkan dia mengatakan AS dan negara lainnya menginginkan konflik terjadi.

"Pengerahan pasukan Rusia di wilayah kami sendiri ini membuat rekan Barat dan AS mengatakan bahwa akan ada aksi militer yang direncanakan dan bahkan aksi agresi militer Rusia terhadap Ukraina yang mereka yakini. Tidak ada bukti yang mengkonfirmasi tuduhan serius seperti apa pun yang diajukan," katanya dalam sambutan yang diterjemahkan dalam sidang tersebut.

"Anda menyerukan ini, Anda ingin itu terjadi. Anda menunggu itu terjadi, seolah-olah kamu ingin membuat kata-katamu menjadi kenyataan,” katanya.

Dia menegaskan bahwa tidak ada ancaman invasi yang direncanakan ke Ukraina dari bibir politisi atau tokoh publik Rusia selama periode ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper