Di Amerika Serikat, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia bertemu dengan perwakilan Bank Dunia. Delegasi Indonesia berdiskusi langsung dengan Mari Elka Pangestu selaku Managing Director Development Policy and Partnership World Bank, Vice President for East Asia and the Pacific Victoria Kwakwa, dan Satu Kahkonen yang bertugas sebagai Country Director for Indonesia and Timor Leste.
Bahlil menyampaikan kebijakan Pemerintah Indonesia untuk mendukung kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB). Bahlil menjelaskan bahwa saat ini pemerintah Indonesia sedang melakukan implementasi dari Undang-Undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang diklaim ramah investasi.
“Pemerintah Indonesia saat ini terus menerus berkomitmen melakukan perbaikan kemudahan berusaha di Indonesia. Kita harap perbaikan-perbaikan ini membuahkan hasil yang positif. Investasi masuk, lapangan kerja tercipta, rakyat sejahtera. Itu tujuannya,” ucap Bahlil.
Bahlil menyampaikan bahwa pemerintah serius memperjuangkan target untuk mencapai peringkat 40 EoDB. Meski tidak mudah, apalagi dengan tekanan adanya Covid-19, kondisi dianggap bisa menjadi peluang untuk reformasi.
“Salah satunya sekarang apa-apa harus online, terdigitalisasi. Ini bisa mengurangi prosedur dan biaya. Karena itu Online Single Submission (OSS) adalah jawabannya, dan akan diluncurkan di bulan Juli ini,” kata Bahlil.
Sementara itu, Bank Dunia menyatakan komitmennya untuk mendorong peningkatan investasi berkelanjutan guna mewujudkan climate change action plan serta daya saing perdagangan Indonesia, termasuk mendorong peraturan mengenai carbon pricing.
Dalam survei kemudahan berusaha yang dilakukan oleh Bank Dunia tahun 2014, Indonesia tercatat menempati peringkat 129. Rangking Indonesia meningkat menjadi 73 dalam survei EoDB 2020 lalu. Posisi Indonesia masih berada pada peringkat yang sama dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang menunggu hasil survei EoDB 2021 yang akan segera diumumkan oleh Bank Dunia.