Di masa pandemi Covid-19, Presiden Alberto Fernandez mengungkit kembali klaim negaranya atas Malvinas. Pada 2 April, tepat 38 tahun invasi Malvinas, dia mengajak masyarakat memberikan penghormatan kepada para veteran meskipun dalam keadaan karantina wilayah.
“Setiap 2 April kami mengklaim kedaulatan kami dan berkata seperti biasa: Malvinas Argentina!” kata dia dalam cuitan di Twitter seperti dikutip situs berita Telam.com.ar.
Klaim abadi Argentina tentu saja ditolak mentah-mentah oleh warga Malvinas—yang didominasi keturunan Inggris. Referendum Maret 2013 menghasilkan 99,8% suara penduduk untuk tetap berada dalam naungan Kerajaan Inggris.
Pada 29 Mei, giliran rakyat Malvinas memperingati kemenangan tentara Inggris dalam pertempuran di Goose Green. Namun, seremoni tidak bisa seperti tahun-tahun sebelumnya karena pemberlakuan jarak fisik.
Dibayangi saling klaim dua negara, masyarakat Malvinas menyongsong masa kenormalan baru. Per 5 Juni, usaha bidang kesehatan dan salon telah dibuka. Selang dua minggu kemudian giliran bisnis kafe, restoran, dan bioskop mejeng lagi.
Dari negara luar, Malvinas masih dikunci sehingga bisnis pariwisata pasar mancanegara belum bisa jalan. Di pulau itu, ekoturisme menjadi andalan terutama untuk melihat-lihat pinguin.
Kepada Penguin News, Executive Director of the Falkland Islands Tourist Board Steph Middleton menantikan langkah pemerintah dalam tiga bulan ke depan. Untuk skenario terburuk, dia pasrah bila wisata baru bisa dibuka pada 2021.
Sebelum pandemi, Steph mengatakan bahwa turis berdatangan ke Malvinas dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Australia, hingga China. Sembari menunggu sikap FIG, pelaku usaha mempersiapkan diri seraya melihat bagaimana respons negara-negara asal turis.
“Akan ada ‘kenormalan baru’ di pariwisata pada 2020. Kami harus siap untuk itu, bahkan jika kami tak tahu kapan datangnya,” ujar Steph.