Kabar24.com, DENPASAR—PT Jasindo Cabang Denpasar menargetkan realisasi lahan yang ikut program asuransi usaha tani padi atau AUTP di Bali pada tahun ini mencapai 30.000 Ha.
Kepala Jasindo Cabang Denpasar I Nyoman Yuda Palguna membeberkan salah satu tantangan merealisasikan target itu adalah banyaknya petani yang tahun lalu ikut asuransi, pada tahun ini memilih tidak ikut karena asal tidak mendapatkan manfaat.
“Banyak sekali, alasannya macam-macam. Tetapi tugas kami untuk memberikan sosialisasi bahwa program ini bagus dan mereka harus ikut agar kelangsungan panennya tetap terjaga,” jelasnya saat dihubungi, Rabu (18/7/2017).
Hingga 14 Juli 2017, Jasindo Denpasar mencatat total lahan pertanian yang sudah diasuransikan selaus 10.089 Ha dengan nilai total premi yang dibayarkan mencapai Rp362,79 juta. Dari luasan tersebut, Denpasar menjadi kota dengan lahan terluas diasuransikan, yakni 2.224 Ha disusul Klungkung 1.868,25 Ha. Selain itu, Jembrana 1.349 Ha, Gianyar 1.47 Ha, Badung 1.296 Ha, Tabanan 759 Ha, Buleleng 402 Ha, dan Bangli 86 Ha.
Yuda Palguna mengungkapkan hingga pertengahan tahun ini realisasi asuransi pertanian masih sepertiga dari target disebabkan belum semua daerah memasuki masa tanam. Selain itu, banyak petani yang pada pertengahan tahun mengganti tanaman padi mereka dengan palawija seperti terjadi di Jembrana.
“Musim tanam berubah, seperti di Jembrana saat ini masih kering sehingga tidak jadi ikut tanam akhirnya mempengaruhi realisai kami,” jelasnya.
Baca Juga
Diperkirakan, setelah Agustus hingga Oktober jumlah lahan yang diikutkan program pemerintah ini akan meningkat seiring mulai masuknya masa tanam. Dia menegaskan dari pengalaman tahun lalu, pada Oktober sudah musim hujan dan petani mulai bercocok tanam padi dan saat itulah lahan yang diasuransikan akan meningkat.
Meskipun optimistis kondisi itu akan terjadi, Yuda mengungkapkan ada sejumlah kendala menghadang percepatan program ini untuk terlaksana. Banyak petani enggan membayar ulang premi, dengan alasan pada tahun lalu lahan mereka aman dan akhirnya tidak mendapatkan pencairan klaim.
Alhasil jika sebelumnya dalam satu subak yang diasuransikan seluas 100 Ha, maka pada musim tanam tahun ini berkurang menjadi 50 Ha saja. Penyebab lainnya adalah perubahan masa tanam seperti yang terjadi di Jembrana, sehingga dari dulunya menanam padi sekarang memilih tanam cabe dulu. Yuda
“Petani yang kemarin ikut terus merasa tidak ada masalah kenapa mereka ikut lagi. Inilah tugas lagi mengingatkan supaya perlindungan terhadap tanaman tetap dilakukan,” jelasnya.
Kadis Pertanian dan Holtikultura Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengakui program AUTP belum efektif berjalan di lapangan akibat terganjal masalah sosialisasi. Menurutnya, kabupaten dan kota belum intensif melakukan sosialisasi ke petani sehingga merasa program ini dianggap belum penting.
“Belum intensif karena program baru jadi harus lebih intensif. Kalau namanya program baru kan tidak bisa sekaligus harus bertahapap, belum lagi ada petani yang masih ragu-ragu dan tidak mau karena belum familiar intinya,” ungkapnya.
Wisnuardhana mewanti-wanti petani untuk ikut program ini, dikarenakan cuaca semakin susah diprediksikan, khususnya saat ini.
Dia menjelaskan berubahnya cuaca pada saat ini di Bali berpotensi menyebabkan munculnya serangan hama tikus, hingga wereng coklat sehingga seharusnya petani ikut program ini untuk berjaga-jaga bila panenannya terancam.