Kabar24.com, JAKARTA -- Koalisi Masyarakat Sipil mempertanyakan ke mana pasir besi di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dijual dan dugaan aliran dana yang dikutip oleh preman terhadap ratusan truk yang lewat ke luar kabupaten tersebut.
Hal itu yang disampaikan koalisi yang terdiri dari tujuh organisasi lingkungan maupun hak asasi manusia. Mereka menyatakan, terdapat dua pertanyaan yang masih belum dijawab dalam kasus kematian akibat dugaan pembunuhan petani Desa Selok Awar-Awar Salim Kanci, dan penganiayaan rekannya, Tosan.
Walaupun demikian, kepolisian sudah menetapkan belasan tersangka terkait dengan dugaan pembunuhan tersebut. Mereka ditahan di Polda Jatim dan Polres Lumajang.
"Dari proses hukum tersebut, belum menyentuh ke mana pasir besi itu mengalir," demikian keterangan resmi Koalisi Masyarakat Sipil di Jakarta, Senin (5/10/2015).
Selain itu, koalisi menuturkan, setiap hari sekitar 300-400 truk mengangkut pasir besi ke luar kabupaten tersebut dan setiap truk diduga membayar sekitar Rp300.000. Koalisi mempertanyakan ke mana aliran dana itu sebenarnya.
Koalisi menegaskan dua hal itulah yang sampai sekarang belum disentuh oleh aparat penegak hukum.
"Dua pertanyaan itu yang sampai sekarang belum dijawab oleh proses penegakan hukum," demikian Koalisi Masyarakat Sipil.
Salim Kancil diduga dibunuh pada 26 September lalu dengan dianiaya terlebih dahulu. Rekannya, Tosan kini berada di rumah sakit setelah mendapatkan penganiayaan oleh sekelompok orang yang setuju dengan aktivitas pertambangan pasir besi di Desa Selok Awar-Awar.