Kabar24.com, JAKARTA --Kematian aktivis Salim alias Kancil terkait tambang pasir mendapat perhatian khusus Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol. Badrodin Haiti.
Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti menginstruksikan anak buahnya mencari aktor intelektual di balik penganiayaan serta pembunuhan aktivis Salim alias Kancil di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Kan sudah ditangkap, tinggal mengembangkan siapa yang menyuruh dan siapa aktor intelektualnya," kata Badrodin saat dihubungi, Selasa (29/9/2015).
Demi mempercepat proses pengusutan, imbuh Badrodin, Mabes Polri telah mengirim bantuan ke Kepolisian Daerah Jawa Timur untuk membantu pengungkapan kasus tersebut. "Sudah saya perintahkan," ucap mantan Kapolda Jawa Timur itu.
Mengenai laporan ancaman yang dialamatkan ke korban sebelum pembunuhan, Badrodin mengatakan ancaman itu harus diperjelas seperti apa. Pasalnya, dia belum mendapat detil laporan ancaman tersebut.
Terpisah, Polda Jawa Timur menyatakan berdasarkan pengembangan kasus, pihaknya telah menetapkan 22 orang tersangka terkait kasus pembunuhan itu.
Sebelumnya sebanyak 18 orang telah ditetapkan tersangka. Di antara para tersangka, polisi mengklaim telah mengamankan penggerak aksi pembunuhan tersebut.
"Dari kasus ini kita sudah olah TKP [tempat kejadian perkara] dan sudah periksa saksi, tersangka sudah 22 orang," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Komisaris Besar Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono saat dihubungi wartawan.
Berdasarkan olah TKP dan hasil pemeriksaan para saksi, sambung Argo, selain ditemukan barang bukti, penyidik juga menemukan ada pihak yang mengarahkan massa. "Ayo ke sana, ayo ke sana," kata Argo meniru ucapan pelaku.
Sementara itu Argo belum berani memastikan ihwal keterlibatan perusahaan pertambangan dalam kasus ini.
Tetapi dia memastikan Polda Jawa timur akan menggarap kasus ini hingga selesai.
"Ke depan akan mendalami sampai tuntas. Dari hasil TKP kita tidak bisa klaim bahwa ada keterlibatan perusahaan pertambangan," katanya.
Sebelum peristiwa terjadi, Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian sempat melaporkan ancaman korban ke Polsek Pasirian, namun belum mendapatkan tanggapan.
Seperti diketahui, selain Salim Kancil ada korban lain bernama Tosan yang saat berada dalam kondisi kritis di rumah sakit setempat.
Peristiwa mengerikan tersebut terjadi di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatam, Pasirian Lumajang, Sabtu (26/9/2015).
Berdasarkan informasi yang dilansir Bisnis.com, sekitar 40 orang menggunakan kendaraan bermotor mendatangi rumah Tosan dengan membawa kayu, pacul, celurit, dan batu.
Pelaku segera menghajar korban. Sempat melarikan diri, pelaku kembali mengeroyok Tosan bahkan dilindas motor berkali-kali.
Setelah itu, gerombolan tersebut menuju rumah Salim. Setibanya di lokasi pelaku menyeret Salim dan membawanya menuju Balai Desa.
Sepanjang perjalanan, gerombolan itu menghajar salim dengan sanjata dan disaksikan warga yang ketakutan. Di Balai Desa, Salim disetrum berkali-kali dan disakiti dengan benda tajam lainnya hingga akhirnya tewas.
Sejumlah organisasi pemantau lingkungan dan Hak Asasi Manusia mengutuk aksi keji tersebut. Mereka meminta kepolisian menelisik perkara tersebut serta melindungi para saksi dan korban.