Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan belum ada rencana pertemuan Presiden Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam waktu dekat.
“Putin siap bertemu dengan Zelenskyy bila agenda KTT sudah disiapkan. Namun, agenda itu sama sekali belum siap," kata Lavrov dalam wawancara dikutip dari CNBC International, Senin (25/8/2025).
Komentar Lavrov muncul setelah Trump pada 18 Agustus lalu menuliskan di Truth Social bahwa dirinya telah menghubungi Putin dan mulai mengatur rencana pertemuan antara Putin dan Zelenskyy. Trump mengklaim pertemuan itu akan menjadi terobosan penting dalam perang yang masih berlangsung.
Trump sebelumnya bertemu dengan Putin di Alaska, lalu menerima Zelenskyy di Gedung Putih bersama sejumlah pemimpin Eropa. Namun, setelah pertemuan tersebut, Rusia tetap melanjutkan serangan rudal ke Ukraina, termasuk menghantam pabrik elektronik milik perusahaan AS.
Serangan berkelanjutan itu, ditambah komentar Lavrov, memunculkan keraguan atas kemampuan Trump menjadi mediator perdamaian antara kedua negara. Pihak Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas pernyataan Lavrov.
Meski begitu, Wakil Presiden AS JD Vance dalam wawancara terpisah dengan NBC News menyampaikan optimismenya bahwa diplomasi yang aktif dapat mengakhiri perang.
“Kita pada akhirnya akan berhasil, atau menemui jalan buntu. Dan bila menemui jalan buntu, kita akan terus melanjutkan proses negosiasi dengan menerapkan tekanan,” ujar Vance.
Dalam perkembangan terkini, Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak Ukraina untuk menyerahkan wilayah Donbas dan membatalkan rencana bergabung dengan NATO sebagai syarat perdamaian, usai pertemuannya dengan Donald Trump di Alaska.
Mengutip Reuters pada Jumat (22/8/2025) tuntutan tersebut diungkap oleh tiga sumber yang memahami arah kebijakan Kremlin. Putin bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Alaska pada Jumat (15/8/2025), dalam pertemuan tingkat tinggi pertama Rusia-AS dalam lebih dari empat tahun. Menurut sumber tersebut, hampir seluruh tiga jam pertemuan tertutup itu membahas kemungkinan kompromi terkait perang di Ukraina.
Usai pertemuan, Putin menyatakan bahwa dialog tersebut diharapkan bisa membuka jalan menuju perdamaian di Ukraina, meski baik Putin maupun Trump tidak membeberkan detail isi pembicaraan.
Menurut sumber Rusia, Putin melunak dari tuntutan sebelumnya pada Juni 2024 yang mengharuskan Kyiv menyerahkan empat provinsi yang diklaim Moskow, yakni Donetsk dan Luhansk di timur (Donbas), serta Kherson dan Zaporizhzhia di selatan.
Proposal baru Rusia kini hanya menuntut Ukraina mundur dari wilayah Donbas yang masih dikuasainya, dengan imbalan Moskow menghentikan garis depan di Zaporizhzhia dan Kherson.
Saat ini, Rusia menguasai sekitar 88% wilayah Donbas serta 73% wilayah Zaporizhzhia dan Kherson, berdasarkan estimasi AS dan data sumber terbuka. Sumber tersebut menambahkan bahwa Moskow juga bersedia melepaskan sebagian kecil wilayah Ukraina di Kharkiv, Sumy, dan Dnipropetrovsk yang saat ini berada di bawah kendalinya.
Selain itu, Putin tetap bersikeras agar Ukraina mencabut keinginan masuk NATO, mendapat jaminan hukum bahwa aliansi militer Barat tersebut tidak akan meluas ke timur, serta membatasi kekuatan militernya. Rusia juga menolak penempatan pasukan Barat di Ukraina dengan dalih misi penjaga perdamaian.