Bisnis.com, JAKARTA — President Rusia Vladimir Putin mendesak Ukraina untuk menyerahkan wilayah Donbas dan membatalkan rencana bergabung dengan NATO sebagai syarat perdamaian, usai pertemuannya dengan Donald Trump di Alaska.
Mengutip Reuters pada Jumat (22/8/2025) tuntutan tersebut diungkap oleh tiga sumber yang memahami arah kebijakan Kremlin.
Putin bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Alaska pada Jumat (15/8/2025), dalam pertemuan tingkat tinggi pertama Rusia-AS dalam lebih dari empat tahun. Menurut sumber tersebut, hampir seluruh tiga jam pertemuan tertutup itu membahas kemungkinan kompromi terkait perang di Ukraina.
Usai pertemuan, Putin menyatakan bahwa dialog tersebut diharapkan bisa membuka jalan menuju perdamaian di Ukraina, meski baik Putin maupun Trump tidak membeberkan detail isi pembicaraan.
Menurut sumber Rusia, Putin melunak dari tuntutan sebelumnya pada Juni 2024 yang mengharuskan Kyiv menyerahkan empat provinsi yang diklaim Moskow, yakni Donetsk dan Luhansk di timur (Donbas), serta Kherson dan Zaporizhzhia di selatan.
Proposal baru Rusia kini hanya menuntut Ukraina mundur dari wilayah Donbas yang masih dikuasainya, dengan imbalan Moskow menghentikan garis depan di Zaporizhzhia dan Kherson.
Baca Juga
Saat ini, Rusia menguasai sekitar 88% wilayah Donbas serta 73% wilayah Zaporizhzhia dan Kherson, berdasarkan estimasi AS dan data sumber terbuka. Sumber tersebut menambahkan bahwa Moskow juga bersedia melepaskan sebagian kecil wilayah Ukraina di Kharkiv, Sumy, dan Dnipropetrovsk yang saat ini berada di bawah kendalinya.
Selain itu, Putin tetap bersikeras agar Ukraina mencabut keinginan masuk NATO, mendapat jaminan hukum bahwa aliansi militer Barat tersebut tidak akan meluas ke timur, serta membatasi kekuatan militernya. Rusia juga menolak penempatan pasukan Barat di Ukraina dengan dalih misi penjaga perdamaian.
Meski demikian, jurang perbedaan kedua pihak masih sangat lebar, lebih dari tiga tahun setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.
Kementerian Luar Negeri Ukraina belum memberikan komentar resmi. Namun, Presiden Volodymyr Zelenskiy berulang kali menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menarik diri dari wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari negaranya.
Menurutnya, Donbas merupakan benteng pertahanan yang mencegah Rusia maju lebih jauh ke dalam negeri.
“Jika hanya bicara mundur dari timur, kami tidak bisa melakukan itu. Ini soal kelangsungan hidup negara,” kata Zelenskiy kepada wartawan, Kamis (14/8/2025).
Zelenskiy juga menegaskan bahwa upaya bergabung dengan NATO adalah tujuan strategis yang tercantum dalam konstitusi, sehingga bukan keputusan Rusia.
Gedung Putih dan NATO belum menanggapi permintaan komentar atas proposal Moskow tersebut.
Sementara itu, Samuel Charap, pakar kebijakan Rusia dan Eurasia di RAND Corporation, menilai tuntutan Rusia agar Ukraina mundur dari Donbas tidak mungkin diterima Kyiv, baik secara politik maupun strategis.
“Kesediaan untuk berbicara damai dengan syarat yang jelas-jelas ditolak pihak lain bisa jadi lebih merupakan pertunjukan bagi Trump daripada tanda kesediaan kompromi,” ujarnya.