Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Tinggi Trump Dorong India Merapat ke Rusia dan China

Tarif tinggi AS dorong India tingkatkan kerja sama dengan Rusia dan China, fokus pada perdagangan dan diplomasi di tengah ketegangan global.
(dari kiri) Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Reuters-Maxim Shemetov-Pool
(dari kiri) Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Reuters-Maxim Shemetov-Pool

Bisnis.com, JAKARTA — India meningkatkan kerja sama dengan Rusia dan berupaya untuk memperbaiki hubungan dengan China yang sempat renggang di tengah kebijakan tarif impor yang dikenakan Amerika Serikat (AS).

Teranyar, India dan Rusia menargetkan peningkatan perdagangan tahunan hingga US$100 miliar dalam lima tahun, dengan memangkas hambatan tarif di tengah ketegangan kedua negara dengan Amerika Serikat.

Melansir Bloomberg pada Jumat (22/8/2025), Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dalam kunjungannya ke Moskow mengatakan, kedua negara perlu menghapus hambatan dagang serta mengurangi batasan non-tarif guna mencapai target tersebut. 

Tanpa menyebut langsung AS dan kebijakan dagangnya, Jaishankar menegaskan dalam forum bisnis India-Rusia di Moskow bahwa ketidakpastian global yang kian meningkat menekankan pentingnya memiliki mitra yang andal dan stabil.

“Kita semua sadar bahwa pertemuan ini berlangsung di tengah situasi geopolitik yang kompleks. Para pemimpin kita tetap menjalin komunikasi erat dan rutin,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jaishankar juga mendorong India dan Rusia untuk memperluas diversifikasi perdagangan, meningkatkan kemitraan usaha patungan, serta memperbanyak pertemuan guna menyelesaikan hambatan, termasuk soal sistem pembayaran.

Sebagai informasi, saat ini Rusia merupakan mitra dagang terbesar keempat India, sementara India tercatat sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi Rusia.

Kemudian, pada awal pekan ini, Perdana Menteri India Narendra Modi juga menerima kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi di New Delhi. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat untuk melanjutkan kembali perdagangan dan kerja sama lainnya serta menyelesaikan sengketa perbatasan Himalaya yang telah berlangsung lama.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China yang dikutip dari The Guardian pada Jumat (22/8/2025), kedua pihak menyetujui dimulainya kembali penerbangan langsung—mengulangi komitmen yang telah disampaikan pada Januari—serta penerbitan visa bagi jurnalis dan fasilitasi pertukaran bisnis serta budaya.

Sementara itu, di media sosial, Modi menekankan pentingnya menghormati kepentingan dan kepekaan masing-masing.

“Saya menantikan pertemuan berikutnya di Tianjin di sela-sela KTT Shanghai Cooperation Organisation (SCO). Hubungan yang stabil, dapat diprediksi, dan konstruktif antara India dan China akan memberikan kontribusi signifikan bagi perdamaian serta kemakmuran regional maupun global," kata Modi.

Kunjungan Wang Yi ke New Delhi berlangsung menjelang rencana kunjungan Modi ke Beijing pada Oktober mendatang untuk bertemu Presiden China Xi Jinping. Jika terwujud, itu akan menjadi kunjungan pertama Modi ke China sejak 2018.

Hubungan antara India dan China tersebut merosot tajam pada 2020 ketika sengketa perbatasan di Himalaya terpencil berubah menjadi bentrokan mematikan. Tentara kedua negara terlibat kontak fisik dalam insiden paling buruk selama beberapa dekade, dengan korban 20 tentara India dan 4 tentara China.

Merenggang dengan AS

Sementara itu, India sendiri semakin menjauh dari AS akibat ancaman tarif. Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tambahan 25% atas produk India, sebagai respons atas keputusan New Delhi yang tetap mengimpor minyak dari Rusia.

Tarif baru tersebut membuat bea masuk atas sebagian produk ekspor India ke AS melonjak hingga 50%, salah satu yang tertinggi yang pernah dikenakan AS kepada mitra dagangnya.

Kementerian Luar Negeri India menyayangkan keputusan tarif tersebut dan menegaskan bahwa banyak negara lain juga mengimpor minyak Rusia demi kepentingan ekonomi nasional mereka.

“India akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya,” kata kementerian tersebut dalam pernyataan resmi.

Pemerintah India juga menekankan bahwa pembelian minyak didorong oleh kebutuhan energi bagi 1,4 miliar penduduk India.

Harsh Pant, Wakil Presiden Studi dan Kebijakan Luar Negeri di lembaga kajian Observer Research Foundation, menilai keterlibatan India dengan China, Rusia, atau melalui Shanghai Cooperation Organisation (SCO) tidak semestinya dilihat semata-mata dari kacamata hubungan India dengan pemerintahan Trump.

“Memang ada faktor Trump di sana, tetapi saya tidak melihat itu sebagai faktor dominan. India selalu mempertahankan posisinya untuk menjalin hubungan dengan negara-negara tersebut secara independen dari hubungannya dengan AS,” ujar Pant dikutip dari DW.

Dia melanjutkan, hubungan India–Rusia sudah terjalin lama. Meskipun ada konflik di Ukraina, dia tidak melihat upaya India untuk mengurangi hubungan tersebut atau menyingkirkan kemitraannya dengan Rusia, meskipun Barat sempat sangat kecewa dengan India.

Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Ajay Bisaria, mantan diplomat India. Menurutnya, keterlibatan terbaru India dengan Rusia dan China sebenarnya sudah direncanakan sebelum munculnya sengketa tarif dengan AS.

“Namun, secara taktik dan persepsi kemungkinan akan disesuaikan sebagai respons terhadap langkah Washington,” ujarnya.

Kendati demikian, Bisaria menekankan bahwa kepentingan India tetap menjaga hubungan baik dan mengejar kesepakatan dagang dengan pemerintahan Trump.

“Tetapi, pada titik ketika baik kepemimpinan maupun publik India mulai mempertanyakan reliabilitas AS sebagai mitra, keraguan historis itu kemungkinan akan muncul kembali dan memengaruhi pendekatan diplomasi India,” kata Bisaria.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro