William Chou, Wakil Direktur Japan Chair di Hudson Institute menuturkan, hal ini menempatkan Korea Selatan dalam tekanan besar. Jika mereka bisa mendapatkan tarif 15%, itu akan jadi kemenangan besar bagi Negeri Ginseng.
"Tapi posisi mereka berbeda dengan Jepang," ujarnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro. Dia menjelaskan, kesepakatan dengan Jepang merupakan bagian dari strategi dagang global Presiden Trump.
"AS tengah berada dalam situasi di mana, misalnya, mobil Jerman berada dalam posisi kurang menguntungkan dibandingkan mobil Jepang karena terkena tarif 25%. Begitu pula dengan Hyundai dari Korea Selatan. Ini hanyalah satu bagian dari permainan catur besar itu,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah di acara kecerdasan buatan (AI), Trump menegaskan tidak akan menetapkan tarif di bawah 15% sebagai bagian dari kebijakan tarif resiprokal. Dia juga menyiratkan bahwa negara-negara yang bersedia membuka akses ekspor bagi produk AS akan mendapat insentif.
“Tarif itu penting, tetapi pembukaan akses pasar bisa jadi lebih penting—asal perusahaan-perusahaan kita bekerja sebagaimana mestinya. Pembukaan seperti itu pantas diberi banyak poin dalam kebijakan tarif," ujar Trump.