Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan rencana pencabutan sanksi untuk Iran, serta menyatakan siap kembali melancarkan serangan jika program pengayaan uranium negara itu dinilai membahayakan.
Pernyataan keras ini merupakan tanggapan Trump terhadap pidato perdana Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, setelah konflik selama 12 hari antara Iran dan Israel yang berakhir dengan serangan udara AS ke situs nuklir Iran akhir pekan lalu.
Melansir Reuters pada Sabtu (28/6/2025) Trump mengklaim telah menyelamatkan nyawa Khamenei. Pejabat AS kepada Reuters pada 15 Juni lalu menyebut Trump memveto rencana Israel untuk membunuh pemimpin spiritual Iran tersebut.
“Negaranya hancur, tiga situs nuklirnya yang jahat dimusnahkan, saya tahu persis di mana dia bersembunyi, dan saya tidak mengizinkan Israel atau militer AS, yang paling hebat dan kuat di dunia, menghabisinya. Saya menyelamatkannya dari kemudian yang sangat buruk dan memajukan," tulis Trump di media sosial.
Sementara itu, Iran menyatakan potensi kesepakatan nuklir hanya bisa dicapai jika AS menghentikan retorika yang tidak menghormati Pemimpin Tertinggi mereka.
Khamenei dalam pidatonya mengatakan bahwa Iran telah menampar wajah Amerika melalui serangan terhadap pangkalan militer besar AS di Qatar, sebagai respons atas serangan udara sebelumnya. Dia juga menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah menyerah.
Baca Juga
“Mungkin Trump ingin kesepakatan, tapi ia harus berhenti menyerang martabat Pemimpin Tertinggi kami, Ayatollah Khamenei, dan menyakiti jutaan pengikut setianya,” ujar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dalam unggahan di X, Sabtu dini hari.
Trump sebelumnya mengungkap bahwa dirinya tengah mempertimbangkan pencabutan sanksi untuk memberikan ruang pemulihan bagi Iran, namun langsung membatalkan rencana tersebut usai pidato Khamenei.
“Saya menerima pernyataan penuh kemarahan, kebencian, dan rasa jijik. Maka saya langsung menghentikan semua upaya pencabutan sanksi, dan lainnya,” kata Trump.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump juga tidak menutup kemungkinan melancarkan serangan tambahan terhadap fasilitas nuklir Iran bila dianggap perlu.
“Ya, tentu saja, tanpa ragu,” ujarnya saat ditanya soal kemungkinan serangan lanjutan.
Trump menyatakan ingin inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atau pihak independen lainnya bisa memeriksa fasilitas nuklir Iran yang dibom pekan lalu. Dia juga membantah anggapan bahwa kerusakan situs-situs tersebut tidak sebesar yang diklaimnya.
Kepala IAEA Rafael Grossi menyampaikan pada Rabu bahwa prioritas utamanya saat ini adalah melanjutkan inspeksi ke Iran. Namun, Parlemen Iran telah menyetujui langkah untuk menangguhkan izin inspeksi, dan pada Jumat, Araqchi mengisyaratkan bahwa Teheran mungkin akan menolak permintaan kunjungan dari badan pengawas nuklir PBB itu.
Meski begitu, Trump mengklaim bahwa Iran masih ingin melakukan pembicaraan mengenai langkah selanjutnya. Namun, Gedung Putih pada Kamis menyatakan bahwa belum ada pertemuan resmi yang dijadwalkan antara delegasi AS dan Iran.