Bisnis.com, MAKKAH — Puluhan tahun menetap di Tanah Suci tak membuat kerinduan Yokrahmawati (63) luntur kepada tanah kelahirannya. Matanya langsung berkaca-kaca ketika hendak bercerita asal mula Restaurant Jakarta yang buka selama dua musim haji terakhir di Syisyah, kawasan yang berdekatan dengan hotel-hotel jemaah haji Indonesia, juga tidak jauh dari Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah.
Yokrahmawati sering disapa Laila di tempat tinggalnya kini. Mendulang untung bukanlah tujuan utamanya. Laila, yang pertama kali datang ke Arab Saudi pada 1985 sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) menikmati berbincang dengan orang-orang sebangsanya selama musim haji berlangsung. Hal itu diakuinya mengobati kerinduan akan Tanah Air setelah absen pulang kampung selama kurang lebih 8 tahun terakhir.
"Kami rindu dengan semuanya, baik makanan, bangsa kita. Kami pulang terakhir 2017, rindu sih, orang negara kita sendiri, gimana gak rindu. Kami ini hanya untuk menghibur ibu-ibu yang datang dari Indonesia aja, tadi juga ngobrol lama sama bapak-bapak dari Sulawesi," katanya sambil menahan haru, ditemui di gerai Restaurant Jakarta, belum lama ini.
Baca Juga : Gerilya Pulangkan Rupiah dari Tanah Suci |
---|
Laila memulai perjalanan hidupnya di Tanah Suci sebagai TKW di usia yang masih sangat belia, 14 tahun kala itu. Beruntung, Laila dipekerjakan oleh atasan yang baik hati yang membersamainya selama 22 tahun kemudian. Baru setelah dia menikah dan memiliki anak, Laila memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Bersama suaminya, dia kemudian membuka gerai cafetaria di hotel dekat kawasan Masjidil Haram. Meski demikian, dia mengaku hingga kini masih berhubungan baik dengan keluarga yang mempekerjakannya itu.
Laila asli Serang, Banten, tetapi mengaku pernah tinggal dan memiliki rumah di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Itulah mengapa dia menamakan gerai ini Restaurant Jakarta.
"Karena kami dari Jakarta, [waktu] bapak meninggal, ibu meninggal, rumah itu dijual. Kalau sekarang [harganya] sudah miliaran. Ibu [dulu] tinggal di pluit. Pluit Raya [ketika] masih alas [hutan], sekarang mah udah high. Lalu, kembali ke Serang," kenangnya.
Restaurant Jakarta hanya buka selama musim haji saja. Di luar itu, Laila beraktivitas sebagai ibu rumah tangga sembari membantu suaminya mengurusi beberapa cafetaaria milik keluarganya.
Di warung ini, Laila mempekerjakan 15 orang, termasuk tiga orang koki asli Indonesia. Jemaah haji Indonesia biasanya mengerubung Restaurant Jakarta jelang makan siang dan makan malam. Ada bakso dan nasi rames dengan berbagai pilihan lauk bisa dinikmati di warung ini.
Di pagi hari, Laila juga menyediakan jajanan pasar khas Nusantara seperti ketan, onde-onde, ubi rebus, hingga bubur kacang ijo. Harga per porsi makanan bervariasi mulai dari 15 riyal Arab Saudi hingga 30 riyal.
Meski mengaku bersuka-cita dengan keseharian di Restaurant Jakarta selama musim haji, Laila juga bercerita tidak mudah membangun usaha ini. Terutama terkait dengan biaya sewa gerai yang harus dia bayar kepada warga Arab Saudi pemilik gedung.
"Enggak gampang merintis usaha kayak gini, biaya sewa [ruko] 100.000 riyal, hampir setengah miliar [rupiah], kontrak sewa untuk satu bulan, kurang lebih 40 hari, belum tenaga, belum supir. Mudah-mudahan Allah kasih rezeki, kami juga nolong tamu Allah, dan tamu Allah juga bantu kami," kata Laila.
Di akhir perbincangan, Laila berharap bisa terus membuka gerai makanan selama musim haji mendatang. Tidak mengapa jika dia harus terus berjibaku dengan biaya sewa ruko yang selangit. Melayani jemaah haji yang juga saudara sebangsanya menjadi bayaran yang tak ternilai, mengobati tahun-tahun tanpa kepulangan ke Tanah Air.
UMKM Indonesia di Tanah Suci
Di luar Restaurant Jakarta milik Laila, BPKH Limited, anak usaha Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Arab Saudi, tahun ini menggandeng ratusan pelaku UMKM Indonesia untuk memenuhi gerai-gerai makanan di 205 hotel jemaah Indonesia di Makkah.
Jemaah haji Indonesia bisa menikmati soto boyolali, bebek goreng madura, hingga bakso. Direktur BPKH Limited, Iman Nikmatullah, mengatakan pengelolaan ratusan area komersial tersebut merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan UMKM Indonesia dan WNI yang bermukim di Arab Saudi. Keuntungan dari pengelolaan area komersial tersebut, akan mengalir kembali kepada jemaah dalam bentuk manfaat dana haji.
"Mereka adalah mitra kami, mereka bayar [sewa gerai], mereka jualan. Nah, uangnya kembali ke dana haji," kata Iman.
Ratusan gerai tersebut disewakan kepada siapapun yang berminat. Ada pengusaha dari Indonesia yang sudah memiliki banyak gerai, seperti SSB, atau tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi yang berminat mengail rupiah saat musim haji. Hesti Widodo, pemilik Spesial Soto Boyolali (SSB), membuka gerai di 7 titik hotel jemaah Indonesia di Makkah.
"Kebetulan dulu bapak ibu saya jualan di embarkasi, melayani jemaah haji, terulang seperti itu," kata Hesti, ditemui di salah satu gerainya di Hotel Safwat Al Shoroq, sektor 5 Wilayah Raudhah, Makkah, Arab Saudi.
Warung-warung UMKM di Makkah menjadi penyemarak penyelenggaraan haji setiap tahun. Selain memanjakan lidah jemaah yang rindu rasa rumah, juga menjadi cermin dan harapan bahwa rupiah yang mengalir ke Tanah Suci, bisa dikembalikan ke Tanah Air.