Bisnis.com, JEDDAH — Dari 53 jemaah calon haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi, 19 diantaranya meninggal akibat serangan jantung. Hal itu berdasarkan data kumulatif Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes).
Kemenkes menyatakan data yang dihimpun tersebut memperlihatkan angka yang mengkhawatirkan, sehingga menekankan kepada para jemaah, khususnya para lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki komorbiditas, lebih bijak dalam menjalankan ibadah sunah.
Insiden kematian akibat penyakit jantung ini menjadi sorotan utama mengingat kondisi fisik jemaah haji yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci.
Salah satu dari Tim Visitasi Kesehatan Agus Sulistyawati, saat visitasi kesehatan jemaah di Sektor 7 Daerah Kerja Makkah mengungkapkan sebagian besar jemaah yang wafat memiliki riwayat penyakit jantung dan komorbid, serta kurang mengontrol diri untuk membatasi aktivitas fisik mereka.
"Kami sangat prihatin dengan angka kematian yang terjadi. Belasan jemaah telah berpulang, dan sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung," ujar Sulis.
Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo juga turut menekankan bahwa puncak ibadah haji nanti di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) yang pemberangkatannya dimulai pada 4 Juni 2025, membutuhkan persiapan serta manajemen diri yang baik.
Baca Juga
"Para jemaah, terutama yang lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra. Contohnya, mengurangi frekuensi umroh, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah. Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup," jelas Liliek.
Ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama, terutamanya pada saat pelaksanaan haji di Armuzna.
"Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri. Hindari beribadah di siang hari yang terik. Gunakan selalu APD seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah. Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi," imbau Liliek.
Lebih lanjut, dia pun mengingatkan agar para jemaah yang sakit dan yang sudah teratur minum obat untuk melanjutkan kebiasaan tersebut sebagaimana biasa. Jemaah juga diimbau menghindari stres dan memeriksakan kesehatan tiga kali seminggu kepada petugas kesehatan untuk memastikan faktor risiko penyakit terkendali.
"Dan, yang paling penting adalah dampingi jemaah dengan komorbid dan lansia yang memiliki riwayat jantung bekerja sama dengan ketua regu dan jemaah yang sehat," ucap Liliek.