Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menawarkan diri untuk ikut serta dalam pembicaraan langsung antara Ukraina dan Rusia yang direncanakan berlangsung di Turki, Istanbul pada Kamis, 15 Mei mendatang.
Pernyataan diri Trump ini muncul sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengungkapkan niatnya untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istanbul.
Melansir Reuters pada Selasa (13/5/2025), Trump berpendapat bahwa pembicaraan di Istanbul bisa mendorong langkah yang bermanfaat untuk mengakhiri perang Rusia vs Ukraina.
Sebab itu, dia menyebut jika waktunya memungkinkan dirinya akan hadir pada Kamis besok, mengingat jadwal kunjungannya ke Timur Tengah pada minggu ini.
“Saya punya banyak pertemuan, tapi saya mempertimbangkan terbang ke sana. Mungkin saja, jika saya merasa ada kemungkinan hasil yang nyata. Jangan remehkan hari Kamis di Turki,” tutur Trump.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan adanya pembicaraan langsung dengan Ukraina pada 15 Mei mendatang di Istanbul, Turki. Dia menyebut pembicaraan ini bertujuan untuk mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.
Baca Juga
Dilansir Reuters pada Minggu (11/5/2025), pemimpin Rusia itu ingin pembicaraan mendatang di Istanbul dapat mengatasi akar penyebab perang dan membangun perdamaian, sehingga bukan sekadar jeda perang saja.
“Kami mengusulkan agar Kyiv [Ukraina] melanjutkan negosiasi langsung tanpa syarat apa pun. Kami tawarkan kepada otoritas Kyiv untuk mulai bernegosiasi pada hari Kamis di Istanbul,” ujar Putin.
Adapun, alasan Putin mengadakan pembicaraan langsung itu muncul setelah negara-negara besar Eropa menuntut Putin menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Jika ini tidak diindahkan dia, maka Rusia akan menghadapi sanksi baru yang besar.
Sambil menerka-nerka apakah pertemuan antara Putin dengan Ukraina mendatang di Istanbul akan menciptakan kesepakatan baru menuju perdamaian, Putin tetap teguh dengan syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang, meski mendapat tekanan dari Trump ataupun negara-negara Eropa.
Ditegaskan pada Juni 2024 lalu, Putin mengatakan Ukraina harus secara resmi melepaskan keinginannya bergabung dengan NATO dan menarik pasukannya dari seluruh wilayah atau empat wilayah Ukraina yang diklaim milik Rusia.