Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia tidak memiliki jalan lain selain melakukan diplomasi dan negosiasi di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pengusaha sekaligus Chief of Sandilogi Sandiaga Salahuddin Uno tidak menampik bahwa perekonomian Indonesia juga terkena imbas dari perang dagang tersebut, terlebih dengan adanya tarif timbal balik sebesar 32% terhadap sejumlah produk yang masuk ke pasar AS.
Menurutnya, beberapa sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, hingga perikanan, terutama ekspor udang, menjadi rentan terhadap kebijakan tarif tersebut.
“Indonesia pasti akan terlibat. Tidak ada jalan lain selain bernegosiasi dan berdiplomasi agar produk-produk kita tidak terancam tarif tinggi yang bisa memukul industri,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Rabu (16/4/2025).
Dia melanjutkan, adanya masa tenggang 90 hari atas pemberlakuan tarif oleh AS, harus dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan diplomasi aktif. Tim negosiasi, tuturnya, perlu fokus pada penyelamatan industri padat karya yangmenyerap banyak tenaga kerja.
Namun, lebih dari sekadar bertahan, Sandiaga melihat kondisi ini sebagai peluang bagi Indonesia untuk merevisi strategi ekspor. Salah satunya adalah diversifikasi pasar, agartidak terlalu bergantung pada satu negara tujuan utama seperti Amerika Serikat.
Baca Juga
“Kita harus mulai serius melirik pasar non-tradisional seperti Afrika, Timur Tengah, dankawasan Asia lainnya. Selama ini masih banyak potensi ekspor yang belum kita sentuh,”jelasnya.
Hilirisasi dan Investasi Bernilai Tambah
Ketidakpastian global juga dinilai menjadi momentum bagi Indonesia untuk mempercepat hilirisasi industri. Sandiaga menyoroti pentingnya mengekspor produk dengan nilai tambah, bukan sekadar komoditas mentah.
“Ini saat yang tepat untuk menarik investasi ke sektor-sektor bernilai tambah. Hilirisasi harus dilakukan secara ekosistem, bukan hanya satu atau dua komoditas saja,” kata matna Wakil Gubernir Jakarta itu.
Ia juga menekankan bahwa investasi harus diarahkan ke sektor-sektor strategis seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau yang bukan hanya menjanjikan hasil positif, tapi juga mampu menciptakan lapangan kerja berkualitas di tengah turunnya daya beli masyarakat.
Selain itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2020 – 2024 ini juga menyoroti pentingnya integrasi ekonomi kawasan, terutama di Asean. Menurutnya, sektor seperti pariwisata dan ekonomi kreatif yang tidak terdampak tarif justru bisa dijadikan andalan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang lebih tangguh.
“Kita belum maksimal menjalin kolaborasi dengan negara-negara Asean. Padahal, integrasi ekonomi bisa jadi tameng resiliensi menghadapi turbulensi seperti perang dagang,” ucapnya.
Kendati situasi global sedang bergejolak, Sandiaga tetap menekankan pentingnyamenjaga optimisme. Ia mengajak semua pihak untuk melihat situasi ini sebagai peluang di balik tantangan.
Indonesia, tuturnya, punya keunggulan, baik dari sisi sumber daya alam maupun demografi sepanjang dikelola dengan tata kelola yang baik, kita masih sangat menarik bagi investor jangka menengah dan panjang.