Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan IHSG Nyungsep, Luhut: Tidak Perlu Panik Berlebihan

Luhut meminta publik tidak berlebihan dalam merespons pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga rontoknya IHSG.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan meminta publik tidak berlebihan dalam merespons pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga rontoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Luhut mengemukakan bahwa pelemahan dan penguatan rupiah hingga IHSG adalah hal yang biasa. 

"Memang betul kami meramalkan rupiah dan pasar saham juga mengalami koreksi. Masih sejalan dengan yang terjadi di negara-negara lain, jadi kita tidak perlu panik dan berlebihan, ini biasa dinamika kehidupan," ujarnya saat Sarasehan Ekonomi bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025). 

Luhut mengatakan pasar saham di beberapa negara lain pun turut terkoreksi akibat kebijakan tarif impor ke AS. Misalnya, dia menyoroti pasar saham Nasdaq yang turun hampir 2.000 poin. 

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) tersebut berpesan agar seluruh pihak melakukan refleksi. Dia menyinggung perlunya mencari kesempatan lain di negara-negara selain AS ketika tarif impor tinggi diberlakukan. 

Luhut mencontohkan pada pemerintahan Presiden Soeharto, pemerintah RI memberlakukan Instruksi Presiden (Inpres) No.90/1985 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hubungan Dagang Langsung antara Indonesia-China. 

Sejalan dengan itu, dia menyebut upaya negosiasi akan ditempuh oleh pemerintah di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 

"Indonesia telah siapkan proposal untuk negosiasi tarif dengan Amerika, proposal ini adalah proposal konkret yang dapat diimplementasikan dan menjawab keinginan dan permasalahan yang disampaikan Amerika terutama dengan USTR [United States Trade Representatives, red]," jelasnya. 

Adapun delegasi RI untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Trump rencananya bertolak ke AS pada 17 April mendatang. Delegasi itu di antaranya meliputi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Luar Negeri Sugiono. 

Di sisi lain, di dalam negeri, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat memberlakukan trading halt pagi ini, Selasa (8/4/2025). Pembekuan perdagangan saham itu dilakukan sementara pada pukul 09.00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) menyusul jatuhnya IHSG lebih dari 8%. 

Sementara itu, mata uang rupiah di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) sempat tembus Rp17.000 per dolar AS akibat implementasi tarif impor dari AS ke sejumlah negara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Edi Suwiknyo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper