Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terbang ke AS, Netanyahu Klaim jadi Pemimpin Pertama yang Temui Trump Buat Negosiasi Tarif

Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Donald Trump sebelum menandatangani Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Israel dan beberapa negara tetangganya di Timur Tengah dalam penataan ulang strategis negara-negara Timur Tengah terhadap Iran, di Gedung Putih, AS, 15 September 2020./REUTERS
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Donald Trump sebelum menandatangani Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Israel dan beberapa negara tetangganya di Timur Tengah dalam penataan ulang strategis negara-negara Timur Tengah terhadap Iran, di Gedung Putih, AS, 15 September 2020./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Kedua pemimpin negara itu akan membahas soal kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS, hingga operasi militer di Gaza. 

Dilansir dari situs resmi Pemerintah Israel, Netanyahu menyatakan bakal bertolak ke Washington, AS, setelah menyelesaikan kunjungannya ke Hungaria. Dia menyebut kedatangannya ke AS merupakan undangan dari Trump. 

"Saya akan berangkat ke AS atas undangan Presiden Trump untuk berbicara dengannya mengenai isu-isu mengenai sandera, mencapai kemenangan di Gaza dan rezim tarif yang dikenakan pada Israel," paparnya melalui keterangan resmi, dikutip Senin (7/4/2025). 

Netanyahu berharap kunjungannya ke AS dapat membantu negaranya itu untuk mengatasi isu-isu soal sandera, operasi militer di Gaza hingga tarif impor. 

Untuk diketahui, Israel tetap dikenakan tarif impor resiprokal oleh AS sebesar 17% kendati keduanya adalah negara yang cukup dekat. AS menjadi pemasok besar senjata kepada Israel untuk melancarkan serangan militer di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang. 

Menurut Netanyahu, dia merupakan pemimpin negara pertama yang berkesempatan untuk bertemu dengan Trump soal isu tarif. Dia menyebut pembicaraannya dengan presiden Negeri Paman Sam itu penting untuk perekonomian Israel. 

"Ada antrean panjang pemimpin-pemimpin negara yang ingin bertemu Presiden Trump terkait perekonomin mereka. Saya pikir ini merefleksikan hubungan yang personal dan spesial antara AS dan Israel, yang mana sangat vital saat ini," ujarnya. 

Adapun Netanyahu akan bertolak ke AS dari Hungaria. Dia menyebut Hungaria adalah negara sahabat yang membela seluruh tindakan Israel baik di Uni Eropa, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) serta Mahkamah Internasional. 

Hungaria juga disebut sebagai negara pertama yang mundur dari Mahkamah Internasional, yang saat ini telah menetapkan Netanyahu sebagai buron atas kekejiannya di Gaza. 

Pada kunjungannya di Hungaria, Netanyahu mengaku berdiskusi untuk bekerja sama untuk produksi persenjataan  guna mencapai kemenangan atas operasi militer di Gaza. 

Adapun Penasihat Donald Trump menyatakan bahwa lebih dari 50 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk memulai perundingan atas tarif impor Trump.

Dilansir dari Reuters, hal tersebut disampaikan oleh Direktur Dewan Ekonomi Nasional Amerika Serikat (AS) Kevin Hasset dalam wawancara dengan ABC News pada Minggu (6/4/2025).

Hasset membantah bahwa kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump sebagai cara tidak langsung untuk menekan bank sentral, yakni Federal Reserve alias The Fed, agar memangkas suku bunga.

Trump menerapkan kebijakan tarif impor bea masuk perdagangan dasar 10% untuk seluruh negara, dan lebih tinggi untuk negara-negara tertentu yang dianggap memiliki hambatan perdagangan dengan AS. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Muhammad Ridwan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper