Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Donald Trump memberikan ancaman dan memberikan tekanan terhadap dua negara Timur Tengah.
Tekanan tersebut berkaitan dengan rencana sang presiden untuk memindahkan warga Palestina keluar dari negaranya.
Kepada wartawan, Trump mengatakan akan mempertimbangkan menghapus bantuan untuk Yordania dan Mesir apabila menolak usulan mengenai perpindahan warga Gaza.
Presiden juga mengatakan dari Gedung Putih bahwa jika Hamas tidak membebaskan semua sandera Israel yang tersisa pada Sabtu (15/2) pukul 12 siang, perjanjian gencatan senjata dengan Israel harus dibatalkan.
“Semua akan terjadi,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, sambil mengakui bahwa pilihan untuk mengakhiri gencatan senjata pada akhirnya jatuh ke tangan Israel, dikutip dari The New York Times, Selasa (11/2).
Adapun Yordania dan Mesir, keduanya penerima bantuan militer dan ekonomi AS. Namun keduanya menolak usulan agar warga Palestina direlokasi ke negara mereka.
Baca Juga
“Jika mereka tidak setuju, saya mungkin akan menahan bantuan,” katanya sehari sebelum pertemuan dengan Raja Abdullah II dari Yordania.
Trump memperluas gagasannya tentang pemindahan paksa sekitar dua juta warga Palestina, sebuah tindakan yang menurut beberapa pakar merupakan kejahatan perang dan pembersihan etnis.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News yang disiarkan pada hari Senin, Trump mengatakan dia tidak membayangkan warga Palestina yang meninggalkan Gaza akan memberi jalan bagi rencana pembangunan kembali Gaza untuk kembali lagi.
Bahkan, Trump secara terang-terangan mengatakan bahwa warga Palestina tidak memiliki hak untuk kembali ke wilayah tersebut.