Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Donald Trump sejalan dengan Elon Musk untuk membubarkan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan menyatukannya dengan Departemen Luar Negeri.
Pembubaran ini dibermula dari masalah tim Elon Musk yang tak diberi akses masuk ke sistem USAID. Sejumlah pejabat tinggi USAID pun diberi sanksi cuti administratif karena masalah tersebut.
Elon Musk pun sempat berbicara di media sosialnya bahwa USAID harus "dimatikan" dan mengangkap mereka adalah “organisasi kriminal”. Hal ini juga sempat diungkapkan oleh Trump kepada wartawan, di mana sang presiden menyebut organisasi tersebut dijalankan oleh “orang-orang gila radikal”.
Sinyal pembubaran USAID yang makin gencar ini membuat organisasi bantuan internasional memperingatkan bahwa upaya kemanusiaan di Gaza akan terkena dampak parah.
“Ini akan sangat menghancurkan. Anda tahu, negara-negara sudah berusaha mencari cara untuk mengisi kesenjangan tersebut, namun mereka tidak mempunyai uang, dan mencari donor baru bisa memakan waktu bertahun-tahun,” kata Alex Smith, mantan kontraktor USAID yang menjadi penasihat nutrisi, kesehatan anak dan kesehatan ibu, dikutip dari ABC News, Selasa (4/2/2025).
Smith pun mengatakan bahwa USAID telah memberikan bantuan kemanusiaan di bidang lain dan tak hanya fokus pada pangan.
Baca Juga
“Ada lebih dari sekedar bantuan pangan yang diberikan USAID. Itu adalah kesalahpahaman yang umum – bahwa yang kami lakukan hanyalah memberikan sejumlah besar uang dan makanan,” katanya.
“Ini tentang memerangi penyakit menular, malaria, TBC, HIV di seluruh dunia. Anda tahu, dengan kondisi di Gaza saat ini, kita telah melihat beberapa penyakit polio. Kemungkinan besar kolera sudah ada dan akan menjadi lebih buruk. Jadi kami dulu punya banyak program untuk mencoba memerangi penyakit menular tertentu," lanjutnya.
Sejalan dengan itu, Jesse Marks, advokat senior untuk Timur Tengah di organisasi kemanusiaan Refugees International, mengatakan kepada ABC News bahwa dia khawatir penghentian bantuan dari USAID dapat membahayakan gencatan senjata Israel-Hamas.
“Pembekuan bantuan secara umum, khususnya untuk Gaza, mengancam akan melemahkan gencatan senjata yang sudah rapuh, dan potensi pembebasan sandera tahap kedua dan tahap ketiga. Saya pikir salah satu aspek dari hal ini yang belum tentu dipahami oleh masyarakat adalah bahwa akses kemanusiaan ke Gaza – yang didukung oleh USAID, dana Departemen Luar Negeri – adalah fitur utama dari perjanjian yang mendasari gencatan senjata,” katanya.
Sehingga menurutnya, penghapusan bantuan ke Gaza bisa berimbas ke gagalnya gencatan senjata yang saat ini telah disepakati oleh kedua belah pihak.
“Jadi, jika Anda menghapuskan bantuan ke Gaza, baik secara langsung atau sebagai dampak kedua dari pembekuan bantuan, hal ini akan meningkatkan risiko runtuhnya gencatan senjata yang lebih luas,”
Diketahui, USAID telah menyumbangkan bantuan ke Gaza dan Tepi Barat setidaknya sejak tahun 2021. Bantuan pun lebih banyak diberikan setelah pecahnya perang Israel-Hamas.
Pada November 2024, USAID mengumumkan pihaknya menyediakan dana tambahan sebesar $230 juta "untuk mendukung pemulihan ekonomi dan program pembangunan di Tepi Barat dan Gaza". Pihaknya telah memberikan lebih dari $2,1 miliar bantuan kemanusiaan sejak 7 Oktober 2023.
Kantor Urusan Palestina AS mengatakan pendanaan dari USAID akan memungkinkan mitra badan tersebut untuk memberikan bantuan makanan, layanan kesehatan darurat dan layanan psikososial, dan dapat membantu menyediakan akses terhadap air minum bersih, produk-produk kebersihan dan layanan sanitasi.