Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Arief Havas Oegroseno mengatakan ancaman tarif dagang yang dilontarkan oleh Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak secara khusus menyasar negara anggota BRICS.
Namun, dia menilai ancaman itu juga menargetkan negara lain yang menjalin kerja sama perdagangan dengan AS.
“Tarif itu enggak ada hubungannya dengan BRICS, karena yang kena tarif itu kadang-kadang non-BRICS juga akan kena. Kalau saya lihat dari berbagai analisa yang ada, ya Eropa, Jepang, Korea, itu pokoknya negara yang punya menciptakan (hubungan) perdagangan (dengan AS),” ujar Arief dilansir dari Antara, Selasa (14/1/2025).
Meskipun demikian, Trump sebelumnya mengeluarkan ancaman keras terhadap negara-negara BRICS jika mereka melanjutkan rencana untuk menciptakan mata uang alternatif selain dolar AS.
Dalam unggahannya di platform Truth Social, Trump menyebut bahwa penggunaan mata uang selain dolar AS adalah bentuk perlawanan terhadap ekonomi Amerika.
Menanggapi hal itu, Arief menuturkan untuk kepastian dari kebijakan tarif tersebut sebaiknya menunggu saat Trump resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025 mendatang.
Baca Juga
Lebih lanjut, terkait keanggotaan Indonesia di BRICS, Arief menjelaskan Indonesia tengah mempersiapkan langkah strategis untuk berkontribusi dalam program-program organisasi tersebut. Indonesia akan mengikuti arahan dari Brasil sebagai Ketua BRICS tahun ini sebelum menentukan prioritasnya.
“Kita kan baru diterima [sebagai anggota BRICS], jadi kita mesti dengar dulu dari Brasil programnya apa, apa yang bisa dimajukan, kepentingan kita nanti seperti apa,” ujarnya.
Meski demikian, Wamenlu menggarisbawahi bahwa BRICS memberikan peluang besar untuk kerja sama ekonomi yang dapat dikembangkan bersama negara-negara anggota lainnya.
Adapun Brasil, sebagai pemegang presidensi BRICS tahun ini, pada Senin (7/1) mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh organisasi internasional tersebut.