Bisnis.com, JAKARTA – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan sikap berbeda dari pemerintahan Joe Biden terkait Ukraina. Apakah ini menjadi sinyal bahwa AS akan mengurangi bantuan untuk Ukraina di masa depan?
Mengutip Bloomberg pada Selasa (17/12/2024) Trump menuturkan bahwa Ukraina perlu mencapai kesepakatan untuk mengakhiri invasi Rusia menimbang terlalu banyak orang yang terbunuh.
“Harus ada kesepakatan. Terlalu banyak orang yang terbunuh,” tuturnya saat berbicara di Mar-a-Lago, Florida.
Ia juga menyoroti kehancuran yang terjadi di kota-kota Ukraina dan menyebut bahwa pembangunan kembali akan memakan waktu sangat lama
"Anda melihat beberapa kota itu, dan tidak ada satu pun bangunan yang berdiri. Jadi Anda tahu, ketika Anda mengatakan, "Ambil alih negara," ambil alih apa? Ambil alih apa? Itu pembangunan kembali selama 110 tahun,” ujar Trump.
Selain itu, Trump juga mengkritik keputusan yang mengizinkan Ukraina menggunakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 300 kilometer atau 190 mil.
Baca Juga
Ia menilai, bahwa seharusnya penggunaan rudal tersebut tak diizinkan. Hal ini menunjukan perbedaan sikapnya dengan pemerintahan Joe Biden.
“Saya tidak berpendapat mereka seharusnya mengizinkan rudal ditembakkan sejauh 200 mil ke Rusia,” ujarnya.
Di lain sisi, Trump juga sempat menyinggung pertemuannya dengan Zelensky di Paris bulan ini. Menjawab pertanyaan dari seorang reporter, Trump mengaku tidak mengundang Zelensky ke acara pelantikannya, meskipun ia mengundang pemimpin dunia lainnya.
“Jika dia ingin datang, saya akan senang menyambutnya. Tapi saya tidak mengundangnya, tidak,” ujar Trump.
Trump menyebut perang di Ukraina sebagai “perang yang kejam” dengan jumlah korban jiwa di kedua belah pihak yang “sangat besar.”
Ia juga menegaskan, “Jika saya menjadi presiden, perang itu tidak akan pernah terjadi”.