Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Jepang akan berupaya meningkatkan penggunaan tenaga nuklir sekaligus menghentikan kebijakan selama satu dekade untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi tersebut dan membatalkan pembatasan yang dimulai setelah pelelehan Fukushima tahun 2011.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (17/12/2024) Jepang mengandalkan batu bara dan gas alam untuk lebih dari 60% pembangkitan listrik sepanjang tahun lalu. Pemerintah setempat telah menetapkan strategi energi baru yang diusulkan pada Selasa waktu setempat.
Menurut strategi yang dirancang oleh Kementerian Perdagangan Jepang dan disarankan oleh panel ahli yang beranggotakan 16 orang itu, tenaga nuklir harus mencakup sekitar 20% dari bauran energi negara tersebut pada tahun fiskal 2040 dan energi terbarukan sekitar 40% hingga 50%.
Target itu meningkat dari proyeksi sebelumnya di mana tenaga nuklir diharapkan mencapai 20% hingga 22% dari bauran pada 2030. Ini menunjukkan komitmen Jepang terhadap teknologi tersebut akan berlanjut hingga dekade berikutnya.
Strategi tersebut mendesak agar nuklir dan energi terbarukan digunakan sepenuhnya untuk mempertahankan pertumbuhan dan membantu mengekang emisi. Rancangan kebijakan tersebut, yang diharapkan akan diadopsi, juga merekomendasikan pembangunan reaktor baru.
Adapun, data dari Kementerian Perdagangan Jepang mencatat, energi terbarukan menyumbang sekitar 23% dari bauran listrik pada tahun fiskal 2023 dan nuklir menyumbang sekitar 8,5%.
Baca Juga
Negara-negara di seluruh dunia tengah mendorong kebangkitan tenaga nuklir karena pemerintah dan industri yang haus listrik berupaya untuk memperkuat keamanan energi dengan membatasi ketergantungan pada impor bahan bakar, dan mengamankan pasokan listrik bebas emisi yang andal.
"Negara kita tidak memiliki sumber daya yang tersedia secara luas, dan memiliki tantangan geografis, dengan medan pegunungan dan perairan dalam yang membatasi perluasan energi terbarukan. Jepang terus memiliki kerentanan dalam pasokan energinya," kata Yoshifumi Murase, komisaris Badan Sumber Daya Alam dan Energi dalam kementerian perdagangan, dalam sebuah rapat panel.
Menambahkan lebih banyak daya bebas emisi dipandang penting untuk memungkinkan Jepang menarik lebih banyak operator pusat data dan manufaktur canggih seperti pabrik semikonduktor.
Google milik Alphabet Inc. dan perusahaan layanan cloud yang didukung Nvidia Corp., Ubitus K.K., keduanya telah menandai minat untuk menggunakan tenaga nuklir di negara tersebut. Sementara itu, perusahaan termasuk Microsoft Corp. telah berinvestasi dalam membangun pembangkit listrik tenaga surya lokal.
Strategi energi yang direvisi juga akan memungkinkan Jepang, pencemar karbon dioksida terbesar kelima, untuk meningkatkan upaya dekarbonisasi yang telah dikritik oleh para ilmuwan dan kelompok iklim sebagai tidak memadai.
Jepang saat ini sedang mempertimbangkan target baru untuk memangkas emisi sebesar 60% pada tahun 2035 dari tingkat tahun 2013, meskipun hal itu masih kurang ambisius dibandingkan negara-negara seperti Inggris.
Nuklir sebelumnya menyumbang sekitar sepertiga dari bauran energi Jepang, dan ke-54 reaktor negara itu dimatikan setelah bencana 2011 di PLTN Fukushima Dai-ichi. Dari 33 reaktor yang masih beroperasi, hanya 14 yang masih beroperasi. Kebijakan yang pertama kali diperkenalkan pada 2014 telah meminta negara itu untuk mengurangi ketergantungannya pada tenaga nuklir.
Jepang harus mempertimbangkan untuk mengganti PLTN yang dinonaktifkan dengan reaktor baru yang canggih, demikian rekomendasi panel penasihat.
Namun, meningkatkan produksi nuklir kemungkinan akan menjadi tantangan, karena peraturan yang ketat masih berlaku setelah bencana Fukushima. Perusahaan utilitas juga harus melalui proses yang panjang untuk mendapatkan persetujuan publik dan persetujuan lainnya.
Bahan bakar fosil diperkirakan menyumbang 30% hingga 40% dari bauran listrik Jepang pada 2040, menurut panel tersebut, dibandingkan dengan 69% pada tahun fiskal 2023. Strategi tersebut menyoroti pentingnya batu bara dan gas alam cair yang berkelanjutan, dan menyerukan pemerintah untuk terus mengembangkan sumber daya di dalam dan luar negeri.
Secara keseluruhan, permintaan listrik tahunan Jepang juga diharapkan dapat membalikkan penurunan baru-baru ini, yang didorong oleh meningkatnya elektrifikasi dan permintaan dari AI. Total pembangkitan listrik diperkirakan meningkat hingga 1.200 terawatt jam per tahun pada tahun 2040, naik 20% dari tahun 2023.