Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Rusia dan Turki menyepakati perlunya koordinasi atau kerja sama untuk memberikan kestabilan atas gejolak atau konflik yang tengah terjadi di Suriah.
Dikutip melalui Reuters, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari Turki Hakan Fidan untuk membahas situasi di Suriah.
Situasi yang dimaksud adalah serangan yang diinisiasi oleh pemberontak yang dipimpin oleh kelimpok Hayat Tahrir al-Sham itu dikabarkan telah menewaskan puluhan tentara Suriah dalam serangan mereka ke kota tersebut.
"Kedua belah pihak menyatakan keprihatinan serius atas perkembangan situasi yang berbahaya. Mereka sepakat bahwa perlu untuk mengoordinasikan tindakan bersama guna menstabilkan situasi di negara tersebut," kata kementerian Rusia dikutip melalui Reuters, Minggu (1/12/2024).
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi juga melakukan komunikasi kepada Lavrov melalui panggilan telepon bahwa serangan pemberontak tersebut merupakan bagian dari rencana Israel—Amerika Serikat (AS) untuk mengacaukan wilayah tersebut.
Sejauh ini, Rusia telah menjanjikan bantuan militer tambahan kepada Damaskus yang akan mulai berdatangan dalam 72 jam ke depan. Selain itu, Rusia juga melancarkan serangan untuk meredam serangan dari pemberontak Suriah yang menentang Presiden Bashar al-Assad ke jantung kota Aleppo.
Baca Juga
Saat ini, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dulu dikenal sebagai Front Nusra kini ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat (AS), Rusia, Turki, dan negara-negara lain.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan angkatan udaranya telah melancarkan serangan terhadap pemberontak Suriah untuk mendukung tentara negara itu.
Tak hanya Rusia, di Amerika Serikat, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan bahwa mereka memantau situasi dengan saksama dan telah melakukan kontak dengan ibu kota regional selama 48 jam terakhir.
Juru bicara National Security Council (NSC) Sean Savett mengatakan penolakan Suriah untuk terlibat dalam proses politik dan ketergantungannya pada Rusia dan Iran telah menciptakan kondisi yang sedang terjadi saat ini, termasuk runtuhnya garis pertahanan rezim Assad di Suriah barat laut.
“AS tidak ada hubungannya dengan serangan yang dipimpin oleh organisasi teroris yang mendesak de-eskalasi di sana. Ini adalah proses politik yang serius dan kredibel," ujarnya dikutip melalui reuters, Minggu (1/12/2024).