Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dikabarkan akan mengumumkan gencatan senjata di Lebanon antara kelompok bersenjata Hizbullah dan Israel dalam waktu dekat.
Hal tersebut diungkapkan oleh empat sumber senior Lebanon pada Senin waktu setempat, dikutip dari Reuters pada Selasa (26/11/2024).
Sementara itu, di Washington, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa kesepakatan tersebut sudah dekat, tetapi tidak ada yang dilakukan sampai semuanya selesai.
Kepresidenan Prancis mengatakan diskusi tentang gencatan senjata telah membuat kemajuan yang signifikan. Di Yerusalem, seorang pejabat senior Israel mengatakan kabinet Israel akan bertemu pada hari ini untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Tanda-tanda terobosan diplomatik disertai dengan serangan udara Israel yang besar di pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah, saat Israel terus melancarkan serangan yang dilancarkannya pada September 2024 setelah hampir satu tahun terjadi permusuhan lintas batas.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak mengomentari laporan bahwa Israel dan Lebanon telah menyetujui teks kesepakatan tersebut. Namun, pejabat senior Israel mengatakan kepada Reuters bahwa rapat kabinet hari ini dimaksudkan untuk menyetujui kesepakatan tersebut.
Baca Juga
Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Danny Danon mengatakan Israel akan tetap memiliki kemampuan untuk menyerang Lebanon selatan berdasarkan perjanjian apa pun. Lebanon sebelumnya menolak kata-kata yang akan memberikan Israel hak tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Matthew Miller mengatakan kesenjangan antara kedua pihak telah menyempit secara signifikan tetapi masih ada langkah-langkah yang perlu mereka ambil untuk mencapai kesepakatan.
"Sering kali tahap-tahap terakhir dari sebuah kesepakatan adalah yang paling sulit karena masalah-masalah yang paling sulit diselesaikan di akhir. Kami berusaha sekuat tenaga," katanya.
Diplomasi ditujukan untuk membuat Hizbullah yang didukung Iran dan Israel mengakhiri pertempuran yang meletus pada Oktober 2023 bersamaan dengan perang Israel melawan kelompok Islam Palestina Hamas di Gaza. Konflik di Lebanon telah meningkat drastis selama dua bulan terakhir.
Sementara itu, Wakil Juru Bicara Parlemen Lebanon Elias Bou Saab menyebut tidak ada kendala serius yang tersisa untuk mulai menerapkan gencatan senjata yang diusulkan AS dengan Israel, kecuali Netanyahu berubah pikiran.
Dia mengatakan usulan tersebut akan memerlukan penarikan militer Israel dari Lebanon selatan dan pengerahan pasukan reguler Lebanon di wilayah perbatasan, yang telah lama menjadi basis Hezbollah, dalam waktu 60 hari.
Perselisihan tentang siapa yang akan memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata telah diselesaikan dalam 24 jam terakhir dengan kesepakatan untuk membentuk komite yang terdiri dari lima negara, termasuk Prancis dan diketuai oleh Amerika Serikat, katanya.