Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa menegaskan dukungan negara-negara Eropa yang tidak tergoyahkan kepada Ukraina dalam pertempurannya melawan Rusia. Blok negara Eropa tersebut juga berkomitmen untuk meningkatkan bantuannya kepada Ukraina
Hal tersebut diungkapkan Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell saat mengunjungi Kyiv, Ukraina pada Sabtu (9/11/2024) waktu setempat. Dukungan tersebut ditegaskan Uni Eropa beberapa hari setelah kemenangan pemilu Donald Trump menimbulkan ketidakpastian atas upaya perangnya.
Dikutip dari Reuters pada Minggu (10/11/2024), Borrell merupakan pejabat tinggi UE pertama yang mengunjungi Kyiv sejak kemenangan Trump. Dia mengatakan tujuan kunjungannya adalah untuk menekankan dukungan UE terhadap Ukraina, karena perangnya dengan Rusia hampir mencapai 1.000 hari.
Borrell menuturkan, Uni Eropa telah memberikan 122 miliar euro atau US$131 miliar dalam bentuk dukungan militer dan keuangan kepada Ukraina dan melatih sekitar 60.000 tentara Ukraina. Dia menambahkan, blok tersebut bertujuan untuk mencapai target pelatihan 75.000 tentara pada akhir musim dingin.
Dukungan ini mutlak diperlukan bagi Anda untuk terus mempertahankan diri melawan agresi Rusia,” kata Borrell saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Ukraina di Kyiv.
“Kami membutuhkan pengiriman yang lebih cepat dan lebih sedikit birokrasi yang diberlakukan sendiri,” katanya, menegaskan kembali dukungannya terhadap permohonan Ukraina untuk mengizinkan serangan jarak jauh terhadap sasaran militer di Rusia.
Baca Juga
Dukungan dari sekutu Barat merupakan kunci bagi kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri melawan musuh Rusia yang jauh lebih besar dan memiliki perlengkapan yang lebih baik.
Meskipun Amerika Serikat adalah sekutu utamanya, Trump mengkritik besarnya dukungan militer dan keuangan AS untuk Kyiv dan berjanji untuk mengakhiri perang dengan cepat, tanpa menjelaskan caranya.
Presiden Volodymyr Zelenskiy termasuk di antara pemimpin pertama yang mengucapkan selamat kepada Trump dan mengatakan bahwa pembicaraannya dengan presiden terpilih AS harus dilanjutkan.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, mengatakan bahwa Kyiv mengharapkan kepemimpinan AS yang berkelanjutan dalam membantu mencapai "perdamaian yang adil", dan menambahkan bahwa tim tersebut akan mulai mempersiapkan kemungkinan pertemuan antara kedua pemimpin di masa depan. Dia tidak memberikan rincian lainnya.
Borrell, yang akan meninggalkan jabatannya bulan depan, mengatakan bahwa para menteri pertahanan Uni Eropa akan berkumpul minggu depan untuk membahas kelanjutan dukungan kepada Ukraina, baik militer maupun diplomatik, dan akan mengajukan alasan untuk "meningkatkan dukungan pada saat kritis ini".
Pasukan Ukraina berada dalam posisi tertinggal di garis depan ketika Rusia terus maju di wilayah timur Donetsk. Pasukan Rusia saat ini menduduki sekitar 20% wilayah Ukraina.