Bisnis.com, JAKARTA - Kamala Harris kalah dari Donald Trump yang resmi dinobatkan sebagai Presiden ke-47 AS, pada Rabu 6 November 2024 kemarin.
Menurut Profesor Madya David Smith dari Pusat Studi Amerika Serikat, salah satu yang membuat Trump bisa kembali memenangkan Pemilu AS adalah ketidakpuasan terhadap pemerintahan Joe Biden.
Kamala Harris tidak dapat melepaskan diri dari hal itu, mengingat dia adalah wakil presiden, dan banyak warga Amerika merasa empat tahun terakhir tidak memberikan manfaat bagi mereka.
Profesor Madya menyampaikan jika selama kampanye, Harris memang tampil jauh lebih baik daripada yang dilakukan Joe Biden sebelumnya.
Namun tetap saja, masyarakat AS mengatakan mereka tidak puas dengan kinerja keduanya secara garis besar, terutama soal perkembangan ekonomi negara mereka.
Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Amerika merasa keadaan mereka lebih buruk daripada empat tahun lalu. Hanya sebagian kecil yang menganggap negara ini berada di jalur yang benar secara ekonomi.
Baca Juga
Kebencian terhadap perempuan masih ada
Menjadi seorang wanita mungkin juga merupakan kerugian bagi Harris. Sejak ia menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, Profesor Madya melihat jika ia berjuang melawan budaya misoginis.
Tingkat penghinaan dari kampanye Trump semakin parah, dan yang lebih mengganggu, mereka tidak membayar denda untuk itu.
Hal itu sendiri menunjukkan banyak hal tentang apa yang sedang dihadapi Harris.
Meskipun banyak pembicaraan di awal kampanye tentang aborsi yang memainkan peran utama dalam pemungutan suara, pada akhirnya hal itu dibayangi oleh isu-isu lain.
Aborsi akan selalu dibayangi oleh ekonomi, karena ekonomi adalah apa yang dihadapi orang setiap hari.
Hal yang sama berlaku untuk imigrasi. Imigrasi tidak memainkan peran sebesar yang diharapkan beberapa pihak dalam pemungutan suara. J
adi dua isu besar yang diperjuangkan oleh masing-masing pihak pada akhirnya tidak sepenting ekonomi.