Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negara Anggota BRICS Semakin Banyak, Bagaimana Sikap AS?

Negara-negara non-anggota diperkirakan akan hadir dalam pertemuan puncak atau Konferensi Tingkat Tinggi BRICS Kazan, Rusia pada Oktober mendatang.
Konferensi Tingkat Tinggi BRICS. / Dok Bloomberg
Konferensi Tingkat Tinggi BRICS. / Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Blok Ekonomi BRICS disebut akan mengundang negara-negara non-anggota untuk mengambil bagian dalam pertemuan puncak di Kota Kazan, Rusia, pada Oktober mendatang. Lalu, bagaimana sikap Amerika Serikat (AS) melihat ekspansi dari keanggotaan BRICS?

Melansir Bloomberg, setelah ekspansi tahun ini BRICS berencana untuk mengundang negara-negara non-anggota untuk mengambil bagian dalam pertemuan puncak berikutnya di kota Kazan, Rusia pada Oktober 2024. Dengan menjadi tuan rumah acara tersebut, Moskow mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak sepenuhnya terisolasi oleh oposisi Barat terhadap perang di Ukraina.

"Tidak ada rahasia bahwa Washington tidak menyukai BRICS, terutama dengan keanggotaan Iran dan Rusia," kata Scot Marciel, mantan duta besar AS untuk Indonesia, Myanmar, dan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean), dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (22/6/2024).

Marciel menuturkan bahwa pada saat yang sama, semakin besar blok tersebut tumbuh, semakin kecil kemungkinan menemukan konsensus dalam masalah-masalah utama. 

"Perasaan saya adalah, Washington mungkin tidak menyambut langkah Thailand dan Malaysia untuk bergabung. Tetapi saya tidak berpikir itu akan menyebabkan sakit hati yang besar," ucap Marciel.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan AS menyadari minat Malaysia, Thailand, dan Vietnam terhadap BRICS, menambahkan bahwa blok multilateral harus memajukan prinsip-prinsip Piagam PBB seperti penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial.

Di sisi lain, anggota blok ini telah setuju untuk mengumpulkan cadangan mata uang asing sebesar US$100 miliar, yang dapat mereka pinjam satu sama lain selama keadaan darurat. 

BRICS juga mendirikan New Development Bank, lembaga yang dimodelkan seperti Bank Dunia. Lembaga ini telah menyetujui hampir US$33 miliar pinjaman terutama untuk proyek air, transportasi, dan infrastruktur lainnya sejak mulai beroperasi pada 2015.

Kolam investasi itu akan berguna di Asia Tenggara, di mana pembiayaan pembangunan resmi turun menjadi US$26 miliar pada 2022, menurut laporan bulan ini oleh Lowy Institute yang berbasis di Sydney.

Daya tarik lain untuk keanggotaan, kata Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah, adalah sentimen negatif residual terhadap lembaga-lembaga seperti IMF, yang mendorong langkah-langkah penghematan yang kadang-kadang disalahkan di kawasan tersebut karena memperburuk kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an.

Washington tidak tinggal diam. AS telah memperdalam hubungan keamanan di ASEAN dalam hal-hal seperti kontra-terorisme, dan dengan negara-negara seperti Vietnam dan Filipina yang semakin khawatir tentang perselisihan mereka dengan Beijing di Laut China Selatan. 

Akan tetapi, seiring dengan intensifikasi persaingan kekuatan besar, ada juga pengakuan bahwa kawasan tersebut perlu mengurangi risikonya.

"Ada semakin sedikit ruang bagi negara-negara kecil untuk bermanuver," kata Ong Keng Yong, mantan sekretaris jenderal ASEAN dalam sebuah wawancara. 

Yong menilai bahwa keikutsertaan dalam organisasi seperti BRICS, menandakan bahwa negara-negara tersebut ingin bersahabat dengan semua pihak, bukan hanya dengan AS dan sekutunya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper