Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setara Ungkap 2 Penyebab Pelanggaran Kebebasan Beragama Terbanyak di Jatim

Puncak intoleransi di Indonesia terjadi pada saat Pemilihan Gubernur (Pligub) Jakarta tahun 2016-2017. Inisiasi dari masyarakat sipil aktif di mana-mana.
Sejumlah anak dari BA Aisyiyah II Jamalan bersiap mengikuti pembelajaran Manasik Haji di Masjid Al Aqsha, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (26/1/2023). Kegiatan edukasi atau pembelajaran Manasik Haji itu bertujuan untuk memperkenalkan tata cara ibadah haji pada anak usia dini. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/rwa.
Sejumlah anak dari BA Aisyiyah II Jamalan bersiap mengikuti pembelajaran Manasik Haji di Masjid Al Aqsha, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (26/1/2023). Kegiatan edukasi atau pembelajaran Manasik Haji itu bertujuan untuk memperkenalkan tata cara ibadah haji pada anak usia dini. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/rwa.

Wakil Ketua Dewan Nasional SETARA Institute, Bonar Tigor Naipospos mengungkap sejumlah faktor yang mempengaruhi kondisi kebebasan beragama di Indonesia pada tahun 2023.

Pertama, pengesahan KUHP pada Desember 2022 akan berdampak terhadap KBB, mengingat undang-undang itu masih mengedepankan perlindungan terhadap agama atau kepercayaan.

Lebih lanjut, sejak pemerintahan era Joko Widodo (Jokowi), pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia terlihat berubah dari tahun sebelumnya.

Kementerian Agama (Kemenag) RI sebagai salah satu faktor dan akomodasi yang berperan menurunkan kelompok intoleran di Indonesia.

Bonar menjelaskan, bahwa pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ada ruang bagi kelompok intoleran di Indonesia.

Menurutnya, pada era Lukman Hakim menjabat menteri agama, kondisi kebebasan beragama di Indonesia berubah. Kelompok intoleran maupun toleran duduk bersama, dan sejak itu ada perbaikan.

Dikatakan, puncak intoleransi di Indonesia terjadi pada saat Pemilihan Gubernur (Pligub) Jakarta tahun 2016-2017.

"Inisiasi dari masyarakat sipil aktif di mana-mana, bukan hanya di media sosial, tapi juga aktif melakukan pertemuan," lanjutnya.

Dia mengapresiasi Ridwan Kamil menjadi Gubernur Jabar, dan membandingkan dengan gubernur sebelumnya.

"Apresiasi Ridwan Kamil, dibandingkan Ahmad Heryawan, Ridwan Kamil cukup berbuat dan juga menunjukkan komitmen," katanya.

Selanjutnya, partai politik (parpol) di Indonesia banyak yang mengklaim sebagai kelompok yang memadukan nasionalis dengan agama.

Tapi, sesungguhnya parpol  kehilangan dukungan masyarakat, dan paling gampang adalah memadukan dengan isu agama, tambahnya.

Halaman Selanjutnya
333 Pelanggaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper