Fatoni mengatakan, saat ini terdapat 959 tanaman Indonesia yang terancam punah. Dalam jangka pendek ada 50 tumbuhan terancam punah yang akan dilakukan konservasi secara bertahap oleh pihak kebun raya.
“Beberapa contoh tumbuhan yang terancam punah di antaranya, Sapindaceae berjumlah 10, Elaeocarpaceae 10, Fagaceae 12, Thymelaeaceae 13, serta Calophyllaceae berjumlah 15. Adapun sebaran tumbuhan terancam punah di Indonesia paling tinggi di antaranya, wilayah Kalimantan (338), Sumatra (308), Papua (167) dan Jawa (104),” ujar Fatoni saat memperlihatkan datanya kepada awak media, di Kebun Raya Cibodas, Kamis (17/3/2022).
Sebanyak 50 tumbuhan akan dilakukan secara ex situ (di luar habitat asalnya).
“Caranya gimana? Kita bawa ke kebun raya, kita perbanyak dan kita kembalikan lagi ke sana,” imbuh Fatoni. Kita akan lihat pada akhir tahun berapa banyak yang berhasil kita capai. Kita pastikan 50 tumbuhan itu terkonservasi.”
Selain memastikan agar tumbuhan tak terancam punah atau biodiversity loss, Fatoni juga menekankan pentingnya reintroduksi. Hal ini dilakukan dengan mengembalikan tumbuh-tumbuhan yang berhasil diperbanyak di kebun raya ke habitat asalnya.
“Ini sekaligus memberikan edukasi ke masyarakat untuk lebih mengenal dan menyadari keberadaan tumbuh-tumbuhan ini. Kalau kita terlambat menyelamatkan, nanti akan punah,” ungkapnya.
Sebelum dikonservasi, jenis-jenis tanaman harus melalui uji tahap observasi terlebh dahulu, agar karakter tanamanan cocok dengan tempat pembibitan.
“Kita harus identifikasi dulu tanaman tersebut cocok untuk kebun raya mana. Baru bisa kita bawa tanaman itu,” ucap Fatoni.
Meski demikian, ada beberapa tantangan dalam upaya memperbanyak tumbuhan tersebut dan kemudian dikembalikan lagi ke habitat yang sesuai dengan karakter tumbuhan aslinya.
Pertama, memastikan pada tahun-tahun pertama tumbuhan bisa tumbuh dengan baik pascapindah ke kebun raya ex situ. Kedua, bagaimana memastikan memperbanyak tumbuhan melalui teknik yang tepat, misalnya melalui kultur jaringan.
“Ini tantangan riset kita yaitu bagaimana peneliti bisa meramu media tanamnya bisa dikembangkan secara cepat dan banyak,” kata dia.
Menurut dia, upaya tersebut sesuai dengan komitmen BRIN dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati yang tertuang dalam program Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR-IPH).