Memang, banyak kalangan yang telah memprediksi apa yang terjadi saat ini ketika AS memilih keluar dari Afghanistan lebih awal.
Akan tetapi, satu hal yang tidak diperkirakan adalah akselerasi kondisi yang begitu cepat memburuk. Pasalnya, sepuluh hari terakhir, setidaknya delapan dari 34 provinsi berhasil direbut milisi Taliban.
Hal itu telah menempatkan Afghanistan ke posisi paling berbahaya dalam dua dekade terakhir.
Selain kota besar Kunduz, Kota Ghazni juga tengah terancam dikuasai milisi pemberontak. AS dan negara sekutu Afghanistan pendukungnya belum pernah melihat wilayah tersebut jatuh ke tangan Taliban sebegitu cepat.
Tidak hanya itu, yang lebih berbahaya lagi adalah ketika di wilayah pedesaan mereka ternyata memiliki lebih banyak dukungan.
Lalu, apakah kondisi tersebut bisa berbalik dan pasukan pemerintah bisa kembali menguasai seluruh wilayah? Tentu jawabannya pasti tidak mudah.
Kendati AS masih membantu kekuatan udara untuk memperkuat pasukan khusus Afghanistan di darat, namun serangan tepat sasaran dari udara akan sulit untuk dilakukan. Maklum, jumlah pasukan udara AS juga sangat terbatas dan mereka pun tengah menunggu pemberangkatan pada akhir Agustus ini.