Bisnis.com, JAKARTA - Menteri luar negeri China menguraikan sikap Beijing yang semakin lantang di panggung internasional, menggarisbawahi banyak sentimen dari pidato Perayaan 100 Tahun Partai Komunis China oleh Presiden Xi Jinping, pekan lalu.
Dalam pidato yang menyentuh topik-topik mulai dari pandemi, kontraterorisme, Korea Utara hingga nuklir Iran dan Taiwan itu Menteri Luar Negeri Wang Yi menunjukkan kepercayaan dan ketegasan China yang meningkat dalam urusan global. Dia juga mengkritik Amerika Serikat dan sekutunya karena berpegang teguh pada mentalitas Perang Dingin yang ketinggalan zaman.
"China hari ini bukan lagi negara yang sama dengan 100 tahun yang lalu. Tidak ada individu atau kekuatan yang boleh meremehkan tekad dan kapasitas rakyat China untuk menegakkan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan negara," katanya di Forum Perdamaian Dunia, Universitas Tsinghua dan Institut Urusan Luar Negeri Rakyat China, dilansir Bloomberg, Minggu (4/7/2021).
Hubungan antara Beijing dan Washington tetap tegang di bawah Presiden Joe Biden, meskipun beberapa harapan mereka akan membaik setelah Donald Trump meninggalkan lengser. Biden lambat untuk menghapus tarif yang diberlakukan Trump pada barang-barang China ketika pemerintah mengevaluasi serangkaian kebijakan baru.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden China Xi Jinping memperingatkan musuh politiknya untuk menghindari konflik dengan pemerintahnya. Xi mengatakan dalam pidatonya bahwa China tidak dapat lagi diganggu dan disalahgunakan.
Sebelumnya, pembicaraan tatap muka pertama antara China dan AS pada Maret berujung pertengkaran antara Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Yang Jiechi, anggota Politbiro Partai Komunis yang berkuasa.
Baca Juga
Washington dan Beijing dilaporkan sedang mendiskusikan pertemuan antara Blinken dan Wang di sebuah acara G20 di Italia, tetapi itu tidak pernah terjadi. AS sedang menjajaki kemungkinan panggilan telepon antara Biden dan Xi, tetapi tidak ada kemajuan yang dilaporkan.
Wang mengkritik Washington dalam berbagai masalah. Di Afghanistan, dia mengatakan AS telah menciptakan masalah.
"Seharusnya tidak hanya mengalihkan beban kepada orang lain dan menarik diri dari negara dengan kekacauan yang ditinggalkan tanpa pengawasan,” katanya.
Menurut Wang, AS juga perlu mempertimbangkan kembali ancaman dan tekanan militernya yang tak henti-hentinya terhadap Korea Utara selama beberapa dekade.
Mengenai masalah nuklir Iran, Wang mengatakan sangat penting bagi AS untuk membuat keputusan sebelumnya untuk bergabung kembali pada perjanjian yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
"Penarikan sepihak AS dari JCPOA dan tekanan maksimumnya terhadap Iran adalah akar penyebab krisis nuklir Iran saat ini. Seperti kata pepatah, dia yang mengikat busur harus melepaskannya," ujarnya.