5. Brunei Darussalam
1.788 kamar, termasuk 257 kamar mandi, ruang perjamuan yang dapat menampung hingga 5.000 tamu, masjid untuk 1.500 orang, kandang ber-AC untuk 200 kuda polo, 5 kolam renang dan 18 elevator: di sinilah Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei hidup.
Dengan kekayaannya yang berasal dari cadangan minyak dan gas alam yang sangat besar di negara itu yang diperkirakan sekitar US$28 miliar, lebih dari 50 kali lipat kekayaan Ratu Elizabeth dari Inggris. Terlepas dari kemewahan Bolkiah, malnutrisi di Brunei adalah hal biasa. Meskipun sumber datanya langka, diperkirakan dari 450.000 populasinya terdapat 40% warganya yang berpenghasilan kurang dari US$1.000 setahun.
Untungnya, negara ini terhindar dari pandemi virus Corona yang paling parah. Pada bulan Juli, dengan catatan bahwa tidak ada kasus infeksi baru yang tercatat selama lebih dari dua bulan, Kementerian Keuangan dan Ekonomi Brunei menyatakan bahwa pada kuartal pertama tahun ini dimana seperti kebanyakan negara lain sudah meluncur ke dalam resesi dengan angka pertumbuhan tingkat ekonomi sekitar 2,4%.
6. Irlandia
Sampai saat ini, Irlandia sepertinya tidak ada yang dapat menghalangi. Sementara seluruh Eropa menghadapi semua jenis ketidakpastian (Brexit, ketegangan perdagangan dengan AS, krisis pengungsi dan migran untuk beberapa nama), ekonomi Irlandia terus meningkat: pada 2019, sementara Zona Euro tumbuh hanya 1,2%, irlandia meningkat lebih dari 5,5%, mengkonsolidasikan perannya sebagai negara dengan pertumbuhan tercepat di benua itu.
Sebuah negara dengan penduduk kurang dari 5 juta jiwa Irlandia adalah salah satu negara yang paling terpukul oleh penurunan global. Menyusul beberapa langkah reformasi yang sulit secara politis, termasuk pemotongan tajam dalam upah sektor publik dan restrukturisasi industri perbankan, negara kepulauan itu mendapatkan kembali kesehatan fiskalnya, menaikkan tingkat lapangan kerja dan melihat PDB per kapita hampir dua kali lipat.
Apakah warga merasa dua kali lebih kaya dari 10 tahun lalu? Mungkin tidak, Irlandia adalah salah satu surga pajak perusahaan terbesar di dunia, dengan penduduk biasa yang diuntungkan jauh lebih sedikit daripada perusahaan.
Menurut data dari OECD, pendapatan yang dapat digunakan per kapita rumah tangga nasional sebenarnya lebih rendah dari rata-rata negara anggota secara keseluruhan, sekitar US$25.300 setahun dibandingkan dengan negara lainnya di angka US$33.600. Dengan kesenjangan yang cukup besar antara yang terkaya dan yang termiskin (20% populasi teratas berpenghasilan hampir lima kali lipat dari 20% terbawah), sebagian besar keluarga akan menolak gagasan bahwa mereka kaya, terutama sekarang karena perekonomian diproyeksikan menyusut lebih dari 7% pada akhir tahun.