Bisnis.com, JAKARTA - Butet Kartaredjasa mengenang sastrawan dan budayawan almarhum Ajip Rosidi sebagai sosok yang mengenalkannya dengan dunia sastra.
Butet bercerita saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, dia membaca buku-buku puisi dan novel terbitan Pustaka Jaya yang didirikan Ajip tahun 1971 lalu.
“Saya membaca sastra pertama kali, novel-novel itu, terbitan Pustaka Jaya. Enggak ada Pak Ajip, ya, saya enggak membaca sastra,” ujar Butet kepada Tempo lewat sambungan telepon pada Rabu (29/7/2020) malam.
Ajip Rosidi, kata Butet, memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan dunia seni di Indonesia. Ia menggambarkan Ajip sebagai seorang sastrawan hebat yang mampu mengelaborasikan idealisme seninya sebagai basis ekonomi.
Ajip juga merupakan salah satu tokoh awal yang mengawal berdirinya Taman Ismail Marzuki. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1972-1981.
Menurut Butet, pada medio 1970-an, Ajip Rosidi menjadi muara bagi seniman yang datang ke Ibu Kota. Setelah mendirikan Pustaka Jaya, saat ini menjadi Dunia Pustaka Jaya, Ajip menampung para pelukis untuk membuat halaman depan dari buku-buku yang hendak ia terbitkan
Baca Juga
“Tokoh-tokoh Rendra semua itu datangnya ke Pak Ajip. Kalau butuh duit, ya, ke Pak Ajip karena dia relatif secara ekonomi mapan. Pelukis-pelukis Jakarta itu bermuaranya ke Pak Ajip,” ujar Butet.
Ajip Rosidi meninggal pada Rabu malam, 29 Juli 2020, sekitar pukul 22.30 WIB, pada usia 82 tahun. Ia meninggal dalam perawatan pascaoperasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang, Jawa Tengah. Sebelumnya, Ajip menjalani perawatan selama sepekan terkahir akibat terjatuh di rumah anaknya di Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Dalam keterangan salah seorang anak kandungnya Nundang Rundagi, Ajip harus menjalani operasi karena perdarahan di otak setelah terjatuh.
Semasa hidupnya, Ajip menaruh minat besar terhadap perkembangan bahasa dan sastra Sunda. Dia telah menghasilkan ratusan karya dalam bentuk buku maupun publikasi tulisan. Ajip meraih gelar doktor kehormatan, honoris causa, bidang ilmu budaya dari Universitas Padjadjaran pada 2011.