Bisnis.com, SURABAYA - Serikat Perusahaan Pers (SPS) meyakini industri media cetak ke depan masih tetap hidup dan berjaya di tengah era disrupsi digital.
Ketua SPS Alwi Hamu mengatakan saat ini perusahaan media harus menghadapi tantangan yang cukup berat di era perkembangan teknologi yang semakin maju.
"Semua perusahaan berbagai bidang menghadapi disrupsi, baik di sektor keuangan, juga khususnya perusahaan pers yang dihadapi adalah perubahan teknologi," katanya dalam sambutan Awarding Night SPS di Gedung Siola Surabaya, Kamis (7/2/2019).
Dia mengatakan untuk menghadapi tantangan tersebut, perusahaan pers harus membuat inovasi tiada henti, seperti tema Awarding Night SPS 'Kreativitas Tanpa Batas'.
"Jadi kalau kita menghadapi tantangan seperti sekarang ini, maka jalan keluarnya yakni kerja keras dan kerja cerdas. Inovasi tiada henti, artinya kalau inovasi berhenti, berarti perusahaan pers mati," ujarnya.
Alwi menjelaskan perubahan teknologi saat ini semakin cepat. Dari revolusi industri 1.0 menuju 2.0 dibutuhkan waktu 150 tahun, sedangkan revolusi industri 2.0 menuju 3.0 dibutuhkan waktu sekitar 100 tahun, dan revolusi industri 3.0 menuju industri 4.0 hanya butuh waktu 50 tahun.
Dia mencontohkan, dulu dalam mengirim pesan/kabar perlu menggunakan pos lalu dibawa dengan menggunakan kereta kuda, lalu ada mesin kendaraan dan mobil.
"Perubahan ini begitu cepat, tapi apakah mematikan perusahaan pers? Saya punya keyakinan tidak. Saya yakin surat kabar akan tetap hidup karena komunikasi diperlukan sejak dunia ada," imbuhnya.
Alwi menambahkan, sejak dipilih sebagai Ketua SPS secara aklamasi, Alwi bersama anggota baru telah menyusun rencana kerja untuk menghadapi tantangan industri media yang semakin berkembang setiap saat.