Chris Wren membuka paparan dengan menggambarkan bagaimana pengusaha Inggris saat ini telah melirik Indonesia sebagai tempat untuk berbisnis di Asia Tenggara dibandingkan Singapura dan Malaysia.
"Mungkin akan selalu ada tantangan berbisnis di Indonesia seperti ketidakpastian hukum, seringnya aturan berubah, korupsi, dan lainnya. Akan tetapi, apabila kalangan usaha Inggris menunggu untuk berbisnis di Indonesia setelah seluruh kendala ini benar-benar hilang maka kalangan usaha Inggris akan kehilangan peluang selama-lamanya dan akan tertinggal dari negara lain,” tegas Chris menanggapi keragu-raguan kalangan usaha Inggris untuk berbisnis di Indonesia.
Dalam kegiatan Indonesia briefing ini juga dilakukan 2 sesi paralel tentang investasi khususnya di sektor pariwisata serta perdagangan dan industri.
Pada sesi tematik “Peluang Investasi di Industri Pariwisata Indonesia”, Wisnu Wijaya Soedibjo, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal BKPM menjelaskan bahwa pariwisata dan life style industry telah menjadi fokus pemerintah saat ini.
Tercatat nilai realisasi Inggris total sebesar US$ 211 juta untuk tahun 2018 sampai dengan kuartal ke-3 dan menduduki peringkat ke-2 setelah Belanda berdasarkan nilai investasi terbesar asal Eropa.