Kabar24.com, LIVERPOOL – Pemerintah Indonesia mengajak para investor Inggris untuk tidak ragu berbisnis dan berinvestasi di Indonesia.
Seperti dilansir siaran pers KBRI London, Senin (24/09/2018), Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris dan Indonesia, Dr. Rizal Sukma, menyebutkan kerja sama yang telah terjalin antara Kota Surabaya dan Liverpool dapat menjadi contoh, bahkan jika memungkinkan kerja sama itu diperluas ke kota atau provinsi lain di Indonesia.
“Keunggulan Liverpool pada industri kreatif, manajemen pelabuhan, pengembangan smart cities, pengembangan kapasitas SDM, dan energi baru terbarukan dapat menjadi area potensial yang dapat dikerjasamakan lebih lanjut,” ujar Rizal dalam acara Update on Business Opportunity in Indonesia di Liverpool Town Hall, Inggris yang digelar 21 September 2018 lalu.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Wali Kota Liverpool Gary Miller yang sangat mengagumi karya-karya fashion Indonesia dan bahkan sempat melakukan kunjungan ke Surabaya beberapa waktu yang lalu. Gary sangat aktif mendorong kalangan usaha Liverpool untuk mengembangkan jaringan usahanya di Indonesia.
"Pintu yang telah dibuka oleh pemerintah Liverpool melalui kerjasama dengan salah satu kota di Indonesia tidak akan bermanfaat jika tidak dimanfaatkan secara penuh oleh kalangan usaha baik di Liverpool dan Surabaya, serta Inggris dan Indonesia pada umumnya," tandas Gary.
Forum bisnis yang dikemas dalam bentuk talk show tersebut menghadirkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia di London Donny Hutabarat, Deputi Kepala Indonesia Investment Promotion Centre Theopita Tampubolon, dan Atase Perdagangan KBRI London Nur Setyoko.
Donny Hutabarat menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia masih stabil, meskipun dengan adanya tantangan ketidakpastian global sebagai akibat trade wars, naiknya Federal Rate, dan potensi spillover akibat guncangan ekonomi di Turki dan Argentina.
“Bank Indonesia tidak hanya melakukan kebijakan fiskal dan moneter yang pruden, tetapi juga menerapkan policy mix untuk mengendalikan laju inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah,” jelas Donny.
Lebih lanjut disampaikan bahwa BI senantiasa berkoordinasi dengan instansi terkait guna penguatan industri berorientasi ekspor, revitalisasi peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan prioritasasi ulang proyek-proyek infrastruktur yang memiliki kandungan impor tinggi.
"Dengan berbagai langkah strategis tersebut, kondisi makro ekonomi Indonesia diprediksi masih stabil di tahun 2019 dibanding emerging market lainnya,” ujar Donny yang menutup penjelasannya dengan menekankan bahwa peluang berbisnis dengan Indonesia masih sangat terbuka, baik di sektor perdagangan, investasi maupun pariwisata.
Theopita Tampubolon, Deputy Director Indonesia Investment Promotion Centre London, turut meyakinkan kalangan usaha Liverpool bahwa dengan ketidakpastian global yang berimbas kepada Indonesia, maka saat ini justru adalah waktu terbaik untuk melakukan investasi.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil, proyeksi consuming class yang akan mencapai 135 juta di tahun 2030 dan jumlah angkatan kerja produktif yang sangat besar hingga 180 juta di tahun 2030 menjadikan Indonesia destinasi investasi yang atraktif di tengah-tengah ketidakpastian global ini.” paparnya.
Pemerintah Indonesia secara umum juga terus berupaya meningkatkan kemudahan berusaha untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para investor. Sebagai contoh, Indonesia saat ini tengah berupaya menggairahkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penguatan devisa, serta mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia.
"Sektor pariwisata dan e-commerce merupakan "the new big deal" bagi investor Inggris,” tegas Theo di hadapan kalangan usaha yang hadir.
Daya tarik bisnis di Indonesia juga diperkuat dari sisi perdagangan. Atase Perdagangan Indonesia Nur Rahman Setyoko menyoroti masih banyaknya potensi yang bisa digarap untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara.
"Ekspor Indonesia ke Inggris didominasi oleh komoditas seperti produk footwear, apparel, dan komponen serta peralatan mesin-mesin elektrik,” jelasnya. Sedangkan di sisi lain, ekspor Inggris ke Indonesia didominasi antara lain oleh machinery dan mechanical appliances, pesawat terbang, resin, dan minyak esensial.
"Rata-rata nilai total perdagangan Indonesia dan Inggris sebesar US$ 2,4 miliar setiap tahunnya sehingga masih terbuka peluang untuk meningkatkan perdagangan bilateral antara kedua negara,” ujar Nur meyakinkan.
Beberapa produk komoditi yang saat ini cukup diminati oleh konsumen di Inggris adalah produk makanan. Liverpool sendiri akan memiliki peran sebagai significant hub dalam perdagangan Inggris dan Indonesia, di mana dengan keberadaan pelabuhan Liverpool yang merupakan ketiga terbesar di Inggris, 4.23% produk ekspor impor Indonesia dan Inggris di-upload di pelabuhan Liverpool.
Kalangan usaha Inggris yang hadir pada acara nampak sangat antusias dan mengapresiasi inisiasi forum bisnis di Liverpool ini.
"Sekarang kami tahu pintu mana yang harus kami ketuk ketika kami menemui permasalahan dalam berbisnis di Indonesia,” ujar salah satu pengusaha yang hadir.
Wali Kota Liverpool, Joe Anderson, yang bersama Duta Besar RI membuka forum bisnis ini menyampaikan apresiasi atas pemilihan kota Liverpool sebagai tempat pelaksanaan forum bisnis. Joe Anderson berharap agar hubungan baik antara Indonesia dan Inggris, yang telah dimulai melalui kerja sama antara pemerintah Kota Surabaya dan Liverpool tersebut, dapat dilanjutkan meskipun Pemerintah Inggris saat ini sedang menghadapi Brexit.