Partai Demokrat dan Partai Golkar akhirnya sepakat mendeklarasikan pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (“Dua DM”) untuk memimpin Provinsi Jawa Barat setelah melalui satu dinamika politik yang alot.
Perpaduan sosok Wakil Gubernur Jawa Barat sekaligus aktor kawakan dengan ketokohan seorang Bupati Purwakarta dinilai memiliki elektabilitas yang cukup tinggi. Apalagi Demiz, nama sapaan Deddy Mizwar, cukup diuntungkan sebagai petahana yang tentunya sudah punya investasi politik dan basis massa di provinsi tersebut.
Sedangkan, Dedi dengan sejumlah program inovatifnya di Purwakarta telah membuktikan elektabilitasnya dengan menjabat bupati dua periode.
Dinamika politik di tubuh Golkar yang mengalihkan dukungan dari Ridwan Kamil kepada dirinya telah ikut melambungkan namanya sebagai sosok pilihan, setidaknya di basis wilayah Pantura dan sekitarnya.
Selain memiliki basis pemilih yang saling melengkapi antara kalangan pemilih perkotaan dan pedesaan, kekuatan Dua DM ada di partai pendukungnya yang masing-masing merupakan pemenang Pemilu 2009 dan 2004 dengan kekuatan kursi terbanyak di DPRD Jabar, yakni 29 kursi.
Akan tetapi, salah satu dari kelemahan pasangan ini justru ada soliditas pemilih, karena kedua partai dalam sejumlah survei mencatat ‘swing voters’ yang tinggi. Artinya, militansi mesin partai dan kesetiaan pada partai dan tokoh yang diusungnya tidak terlalu kuat.
Akibatnya, Dua DM harus bekerja ekstra keras untuk menjual figur dan popularitas mereka kalau ingin menang.