Kabar24.com, PALEMBANG-- Pengusaha karet di Sumsel menilai peningkatan devisa dari ekspor karet baru dapat terwujud jika harga komoditas itu menyentuh US$2 per kilogram.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K. Eddy mengatakan saat ini harga karet (FOB) baru mencapai US$1,48 per kg.
“Seandainya harga naik mencapai US$2 per kg tentu bisa menaikkan nilai devisa kita, walaupun terjadi penurunan kuantitas, tetapi harga saat ini baru berkisar pada US$1,48 per kg,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (11/5).
Menurut dia, pergerakan harga karet internasional ditentukan sejumlah faktor, antara lain, lonjakan permintaan, peningkatan harga minyak bumi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi negara pembeli.
Kondisi pasokan yang melimpah dan perekonomian negara tujuan yang melambat membuat para produsen karet kembali menerapkan agreed export tonnage scheme (AETS).
Pembatasan ekspor karet oleh International Tripartite Rubber Council (ITRC) itu sebetulnya telah menunjukkan dampak dengan terkereknya harga karet baik di tingkat ekspor maupun petani baru-baru ini.
“AETS itu diterapkan dalam rangka mengurangi penawaran ke pasar internasional yang mana ekspor dibatasi selama enam bulan ini,”ujarnya.
Berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, nilai ekspor karet selama Januari – Februari 2016 senilai US$175,32 juta.
Nilai tersebut dihitung menurun sebanyak 19,47% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$217,73 juta.
Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel Permana mengatakan pemda optimistis ekspor Sumsel bisa membaik hingga akhir tahun ini.
“Trennya membaik, permintaan secara internasional juga masih stabil, tinggal bagaimana kita mempertahankannya,”katanya.
Kesepakatan pembatasan ekspor karet, yang merupakan tulang punggung ekspor Sumsel, membuat pemerintah mengarahkan kebijakan pada penyerapan pasar dalam negeri.
Sejumlah kebijakan pun telah dibuat oleh pemerintah pusat, salah satunya bakal menerapkan karet sebagai bahan baku campuran untuk pembuatan aspal jalan.
Permana mengatakan hilirisasi dalam negeri harus digalakkan karena menjadi satu-satunya solusi jangka panjang untuk harga karet.
“Pertama memang membatasi ekspor dan selanjutnya kita harus memberdayakan hilirisasi,”katanya.
Dalam kajian ekonomi regional (KER) yang dirilis Bank Indonesia Perwakilan Sumsel, juga memuat bahwa dengan berkembangnya pasar domestik diyakini akan meningkatkan konsumsi masyarakat dari membaiknya daya beli.
Di samping itu, permintaan domestik diyakini dapat menjadi subtitusi pasar bagi komoditas unggulan ketika harga global menurun.
Nilai Ekspor Karet Sumsel Pulih Jika Harga US$2 per Kg
Pengusaha karet di Sumsel menilai peningkatan devisa dari ekspor karet baru dapat terwujud jika harga komoditas itu menyentuh US$2 per kilogram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
27 menit yang lalu
Babak Baru Kasus Judi Online Komdigi, Budi Arie Bakal Terjerat?
1 jam yang lalu