Bisnis.com, PAJU, Korea Selatan - Korea Utara mengatakan mengusir semua warga Korea Selatan dari kawasan industri bersama Kaesong pada Kamis dan menyebut langkah Selatan menghentikan kegiatan sebagai balasan atas peluncuran roket Korea Utara pada Minggu itu adalah "pernyataan perang".
Utara menyatakan kawasan industri itu, yang dikelola bersama pesaingannya sebagai lambang kerjasama lebih dari sepuluh tahun, menjadi kawasan militer, kata badan penangan hubungan dengan Seoul, seperti dikutip kantor berita resmi KCNA.
Puluhan truk Korea Selatan kembali melintasi perbatasan pada hari sebelumnya, sarat dengan barang dan peralatan, setelah Selatan mengatakan menarik diri.
"Tak dapat dimaafkan tindakan kelompok boneka dengan menangguhkan kegiatan di Kaesong, mencari kesalahan pada uji bom hidrogen dan peluncuran satelit DPRK," kata Komite Korea Utara untuk Penyatuan Kembali Secara Damai Korea, mengacu pada Korea Selatan.
Korea Utara, yang terkucil, secara berkala menuduh Selatan sebagai boneka Amerika Serikat dan hanya menuduh kedua tindakan perang menentangnya.
DPRK adalah singkatan nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea. Korea Utara menguji yang disebut bom hidrogen pada 6 Januari dan meluncurkan roket pada Minggu untuk menempatkan satelit ke orbit.
Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan mengatakan peluncuran Minggu adalah uji peluru kendali balistik, dan seperti uji nuklir bulan lalu, yang melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Senat Amerika Serikat (AS) dengan suara bulat mendukung sanksi yang lebih keras.
Korea Utara memerintahkan warga Korea Selatan keluar dari kawasan itu hingga sore, melarang mereka untuk membawa apa pun selain barang pribadi, kata KCNA. Korea Selatan mengatakan setelah pengumuman Korea Utara maka prioritas utamanya adalah semua rakyatnya kembali dengan selamat.
Menghentikan kegiatan di taman industri, tempat 124 perusahaan Korea Selatan mempekerjakan sekitar 55.000 warga Korea Utara, berarti memotong sisa kerjasama Utara-Selatan, kesempatan langka warga Korea berhubungan setiap hari karena terpecah akibat perang 1950-1953.
Pekerja Korea Utara bisa merasakan kehidupan di Selatan di kompleks, sekitar 54 km (34 mil) barat laut Seoul, termasuk makanan ringan seperti Choco Pies dan perlengkapan yang dijual kembali sebagai barang mewah di Utara.
Mereka juga mengelus bahu bersama dengan manajer mereka dari Korea Selatan. Para pendukung proyek tersebut mengatakan hubungan ini penting dalam mendorong pemahaman antar-warga Korea, meskipun ada kekhawatiran bahwa Pyongyang mungkin telah menggunakan dana yang diperoleh dari Kaesong untuk membantu pendanaan program nuklir dan peluru kendalinya.
Bahaya Kecuali Kaesong, kedua negara melarang warga mereka berbicara satu sama lain di perbatasan paling menegangkan di dunia itu.
"Kami menimbun mi cepat saji, roti dan minuman di gudang kami pekerja sehingga warga Korea Utara bisa datang ke sini dan makan sepuasnya," kata Lee Jong-ku, yang mengelola sebuah perusahaan yang memasang peralatan listrik untuk pabrik-pabrik pakaian di Kaesong, "Kami tidak keberatan mereka makan makanan kami, karena kami hanya peduli tentang mereka yang bekerja keras." Bagi Utara, kesempatan pendapatan dari Kaesong - 110 juta dolar AS pada upah dan gaji pada 2015 - dianggap layak dengan risiko memperlihatkan pekerjanya untuk mempengaruhi dari Selatan yang makmur. Di beberapa tahun belakangan, Korea Utara telah meningkatkan akses ke media selundupan, memperlihatkan mereka terkait kehidupan di Selatan dan Tiongkok.
Namun, Pyongyang mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan para pekerja yang bekerja di kompleks memiliki hubungan yang sedikit dengan manajer Korea Selatan mereka yang dapat berpotensi subversif.
"Pekerja Korea Utara sangat bersenjata ideologis," kata Koo Ja-Ih, yang menunggu di sisi selatan perbatasan dalam perjalanan ke Kaesong, tempat dia telah bekerja di perusahaan pakaian selama empat tahun terakhir.
"Mereka tidak pernah bertindak sendirian. Mereka selalu bekerja dan bergerak dalam kelompok dua orang, bahkan orang setingkat manajer juga melakukannya. Mereka tidak pernah pergi ke kamar mandi sendiri - selalu dalam kelompok," katanya.
Rata-rata upah pekerja Korea Utara di Kaesong adalah sekitar 160 dolar AS per bulan, dibayarkan kepada perusahaan manajemen negara. Para pekerja menerima sekitar 20 persen dalam kupon dan mata uang Korea Utara, kata Cho Bong-hyun, yang memimpin penelitian tentang ekonomi Korea Utara di Bank IBK di Seoul.
Seorang pejabat pemerintah Korea Selatan yang terlibat dalam kebijakan Korea Utara mengatakan sulit untuk melihat bagaimana operasi dapat dilanjutkan dalam waktu dekat di Kaesong, yang dibuka pada tahun 2005.
Saham beberapa perusahaan terkemuka di kawasan Kaesong melemah dalam perdagangan Kamis, turun hampir 10 persen atau lebih. Di sisi lain, saham pertahanan menguat.
Meskipun hubungan Utara-Selatan fluktuatif selama bertahun-tahun, Kaesong telah ditutup hanya sekali sebelumnya, selama lima bulan pada 2013, di tengah ketegangan yang meningkat setelah uji nuklir ketiga Korea Utara. Masa depan kawasan itu sering tampak tidak menentu selama sepuluh tahun terakhir.
Korut Sebut Sikap Korsel Tutup Kaesong Pernyataan Perang
Korea Utara mengatakan mengusir semua warga Korea Selatan dari kawasan industri bersama Kaesong pada Kamis (11/2/2016) dan menyebut langkah Selatan menghentikan kegiatan sebagai balasan atas peluncuran roket Korea Utara pada Minggu itu adalah pernyataan perang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
41 menit yang lalu
Saham Bank Pilihan JP Morgan saat Likuiditas Ketat & Kredit Melambat
41 menit yang lalu
Saham Bank Pilihan JP Morgan saat Likuiditas Ketat & Kredit Melambat
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
6 menit yang lalu
Kasus Korupsi CSR: Pertaruhan Reputasi BI Ketika Kurs Kian Rontok
14 menit yang lalu
Prabowo Temui PM Pakistan Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
34 menit yang lalu