Kabar24.com, JAKARTA-- Pentas Angklung Saung Udjo menarik perhatian sekitar 800 penonton yang ikut bermain angklung secara interaktif dengan memainkan lagu "We are the World" di Theatre Odeon de lEurope, Selasa (17/11/2014) malam waktu setempat di tengah duka Paris yang diserang aksi terorisme.
Paris sedang dirundung duka mendalam dengan aksi teror menewaskan lebih dari 125 korban sipil di beberapa lokasi di Paris. Sekjen Theatre Odean de IEurope mengajak penonton untuk mengheningkan cipta "One minute Silence" sebelum acara dimulai.
Dubes/Wakil Delegasi Tetap RI di UNESCO, Fauzi Soelaiman di London, Selasa malam mengatakan bangga dapat menghadirkan konser musik angklung terbesar di kota budaya Paris, meskipun Perancis masih diliputi suasana duka.
Dikatakan, pegelaran tetap dilakukan sesuai dengan anjuran Presiden Perancis Francois Hollande pada penutupan acara Leaders Forum di UNESCO pada sore harinya mengatakan masyarakat kita tidak boleh menyerah pada terorisme.
Menurut Fauzi Soelaiman, Theater Odeon kembali menggelar pertunjukan pada hari Senin (16/11/2015), setelah tutup selama dua hari, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Kebudayaan Prancis.
Peristiwa yang terjadi di kota Paris Jumat (13/11/2015) tidak menyurutkan undangan untuk hadir dalam konser musik angklung yang digelar dalam memperingati lima tahun penobatan angklung sebagai warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Konser musik angklung diawali dengan sesi angklung Buhun yang disebut Buncis dengan pola ritmik dengan lagu berjudul Heleran kreasi Udjo Ngalagena. Dilanjutkan dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.
Duka Cita
Dalam konser musik angklung yang juga dihadiri para dubes negara sahabat dan dubes negara Asean seperti Singapura, Myanmar, China, Iran, Irak, serta Dubes RI di Perancis Notma - ditampilkan lagu Tanase dari daerah Maluku dan dilanjutkan dengan lagu Cubana dari Tonci Huljic dari daerah Krosia dengan iringan Arumba.
Sebelumnya, Dubes RI di Paris Hotmangaradja Pandjaitan, menyampaikan duka cita untuk seluruh masyarakat Perancis atas serangan teroris Jumat lalu.
Angklung merupakan instrumen tradisional musik asal Indonesia yang harus dilestarikan.
"Kami memilih tanggungjawab untuk mempromosikan angklung kepada publik dunia," ujarnya.
Sementara itu, Acting Asisten Directur Jenderal Kebudayaan UNESCO Culture Francesco Bandarin Unesco mengapresiasi Angklung sebagai warisan dunia.
"Pertunjukan ini sangat berarti bagi kami dan juga masyarakat dunia."
Interaktif
Dalam angklung interaktif yang dipandu Sam Udjo, penonton mendapat satu angklung dengan tanda nada yang berbeda.
Permainan angklung diawali dengan lagu Twinkle Little Star, dilanjutkan dengan Song of Do Re Mi, Nyiur Hijau dari Maladi, lagu anak-anak Ambilkan Bulan, serta lagu Que Sera Sera dan dilanjutkan dengan We are The World dan Burung Kakaktua.
Pada akhir penutupan konser musik angklung ditampilkan tarian Jaipongan yang sebelumnya menampilkan lagu medley Nusantara mulai dari lagu Bungong Jeumpa dari Aceh, Sinanggar Tulo, Jali-Jali, Poco-poco, Angin Mamiri, Janger , Yangko Rambe ditutup dengan lagu berbahasa Prancis Lavien en Rose oleh Louis Amstrong dan lagu Blue Danube karya Johann Strauss II.