Bisnis.com, BALIKPAPAN--Pemerintah Kota Balikpapan mengelak apabila ada kebocoran gula rafinasi dalam jumlah besar sehingga mampu memengaruhi penjualan gula pasir di pasaran.
Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Kota Balikpapan Said Achsin mengatakan gula rafinasi diperuntukkan bagi industri yang sudah memiliki hubungan dagang langsung dengan distributor.
Rembesan yang mungkin terjadi, apabila memang ditemukan, jumlahnya pasti sangat kecil sekali karena sudah ada kontrak yang disepakati antara produsen, distributor dan pengguna pabrikan.
“Kalau pun ada [rembesan] rafinasi, jumlahnya pasti sangat kecil sekali. Saya yakin itu tidak akan memengaruhi pasar,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (24/8/2014).
Dengan jumlah yang kecil, imbuh Said, sulit untuk mendeteksi adanya peredaran gula rafinasi di pasaran. Dia memperkirakan kemungkinan rembesan gula rafinasi tersebut bisa masuk ke pasar seperti karena adanya kebutuhan industri kecil yang tidak memiliki koneksi dengan distributor besar.
Akibatnya, kebutuhan untuk industri kecil tersebut dipenuhi dari rembesan-rembesan gula rafinasi yang diambil oleh pedagang eceran.
“Memang tidak bisa dibenarkan hal seperti ini. Tapi misalnya seperti industri kecil makanan dan minuman, bagaimana dia bisa dapat gula rafinasi?” tuturnya.
Said mengaku akan memberikan peringatan apabila ada oknum pedagang yang menyalahgunakan gula rafinasi. Tentunya, peringatan yang diberikan harus disertai dengan bukti autentik yang mendasari penyalahgunaan gula rafinasi tersebut.
Kendati demikian, Said berharap agar pemerintahan yang baru bisa mencarikan solusi pemenuhan kebutuhan gula untuk industri kecil. Skema yang tepat sasaran, menurutnya, tak hanya akan memenuhi kebutuhan industri kecil tetapi juga mampu untuk menutup rembesan gula rafinasi.
Sebelumnya, Perum Bulog Divre Kaltim menuding gula rafinasi sebagai penyebab lambannya penyerapan gula yang dimilikinya karena harga jual yang lebih rendah.
Apabila harga gula di pasaran berkisar antara Rp11.500 hingga Rp12.000 per kilogram, gula rafinasi memiliki harga jual Rp9.000 per kilogram. Bentuk fisiknya yang bersih, juga menjadi salah satu alasan konsumen selain harga yang lebih murah dalam memilih gula rafinasi.
Kepala Bulog Divre Kaltim Abdul Nadjid mengatakan penyebaran gula rafinasi mudah ditemukan di pasar tradisional. Dia menambahkan gula yang diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman itu secara teknis lebih boros penggunaannya dibandingkan dengan gula biasa.
“Standarnya, kalau gula putih biasa satu sendok, gula rafinasi bisa dua sendok,” tuturnya.