Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tangkapan Ikan: Penghasilan Anjlok, Nelayan di Jabar Lari ke Rentenir

Hasil tangkapan ikan di Jawa Barat anjlok hingga 50% akibat kurangnya peralatan teknologi yang digunakan nelayan dalam melaut.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG -- Para nelayan di wilayah Jawa Barat mengalami kerugian akibat anjloknya hasil tangkapan ikan hinga setengahnya.

Hasil tangkapan ikan di Jawa Barat anjlok hingga 50% akibat kurangnya peralatan teknologi yang digunakan nelayan dalam melaut.

Sekjen Serikat Nelayan Indonesia (SNI) Budi Laksana mengatakan tangkapan ikan yang selama ini diandalkan nelayan seperti tongkol dan tenggiri sulit didapat karena alat tangkapan yang minim maupun kapal yang hanya bisa melaut sejauh 12 mil.

“Biasanya nelayan bisa mendapat ikan tongkol dan tenggiri mencapai 1 kuintal sekali melaut. Sekarang paling banyak hanya 500 kilogram, bahkan tidak dapat sama sekali,” katanya kepada Bisnis, Minggu (8/6/2014).

Hasil tangkapan ikan yang minim berdampak pada harga ikan yang anjlok.

Dia menyebutkan saat ini harga ikan tongkol hanya mencapai Rp5.000 per kilogram turun dari Rp25.000 per kilogram, sementara ikan tenggiri Rp15.000 per kilogram dari Rp35.000 per kilogram.

Akibat kejadian ini, katanya, saat ini kondisi nelayan semakin terpukul karena tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Nelayan terpaksa harus mengandalkan rentenir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga hal ini sangat merugikan bagi mereka,” jelasnya.

Menurutnya, tidak sedikit program-program yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan taraf hidup nelayan. Namun, realisasi di lapangan tidak sesuai harapan.

Dia juga menyoroti derasnya impor ikan yang masuk ke Jabar seperti dari Vietnam dan Thailand.

“Ikan impor banyak yang dijual di pasar modern, sementara ikan lokal masih mengandalkan penjualan di tempat pelelangan ikan (TPI),” katanya.

Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Jawa Barat mengakui mayoritas alat tangkap puluhan ribu nelayan di kawasan ini masih memakai kapal di bawah 15 gross ton.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jabar Jafar Ismail mengatakan dari 24.000 alat tangkap yang dimiliki nelayan di Jabar baru 5% nelayan yang memiliki kapal besar di atas 15 gross ton.

Kondisi ini membuat hasil tangkap nelayan di Jabar tak pernah optimal dari tahun ke tahun.

“Ada 98.000 nelayan, tapi yang punya kapal besar masih sedikit, sisanya di bawah 15 gross ton,” katanya.

Menurutnya, tidak dimilikinya alat tangkap berkapasitas besar membuat jarak tangkap dari nelayan yang ada di Pantai Utara dan Selatan terbatas.

Jafar mengatakan saat ini rata-rata nelayan baru mencari ikan hingga di bawah 12 mil garis pantai. “Padahal bisa sampai 200 mil jika memakai kapal 30 gross ton,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya saat ini tengah mendata rencana merevitalisasi pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang dimiliki kabupaten/kota.

Sedikitnya ada 80 PPI yang tengah dievaluasi oleh Pemprov Jabar yang tersebar di wilayah Indramayu, Cirebon, Pangandaran, dan Garut.

Jabar sendiri saat ini sudah memiliki pelabuhan perikanan pantai juga dua pelabuhan nusantara.

Pelabuhan-pelabuhan yang menjadi kewenangan pemprov ini akan segera diperbaiki agar potensi perikanan bisa lebih optimal. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper