Bisnis.com, HONG KONG—Yuan siap melakukan pemulihan setelah mengalami penurunan yang mengakibatkan mata uang China ini berkinerja terburuk di Asia. Pemerintah diperkirakan berusaha mencegah eksodus modal yang dapat mengancam pertumbuhan ekonomi.
Nomura Holdings Inc. memprediksi mata uang China akan menguat 3,5% menjadi 6 per dolar AS per 31 Desember 2014. Broker terbesar di Jepang ini mengatakan rekayasa kerugian sebanyak 2,5% sejak awal 2014 telah membantu mengekang taruhan spekulatif pada apresiasi.
“Hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah menciptakan sebuah lingkungan di mana pasar melihat yuan hanya terdepresiasi dalam jangka menengah. Jika tidak, pelarian modal bisa sangat besar dan tidak stabil untuk pasar domestik,” kata Craig Chan, Kepala Strategi Mata Uang Nomura.
China sedang mencoba mencegah para spekulan dengan mengontrol kurs dan biaya pinjaman yang melemah dalam pergeseran ke arah ekonomi yang lebih berbasis pada pasar. Yuan telah menguat 33% tajam sebanyak 33% terhadap dolar yang berakhir pada Juli 2005.
Pembalikan kerugian pada kuartal pertama rupanya telah merugikan pemegang offshore yuan pada produk terstruktur yang dikenal sebagai Target Redemption Forward.
Bulan lalu Morgan Stanley memperkirakan bahwa sekitar US$150 miliar kontrak yang diselenggarakan perusahaan China, mengalami kerugian sekitar US$3,5 miliar pada kurs 6,2 per dolar. Jika yuan tergelincir ke 6,38 per dolar maka meningkatkan kerugian menjadi US$7,5 miliar.
Menurut China Foreign Exchange Trading System, mata uang China pada Selasa (8/4/2014) menguat 0,08% menjadi 6,2075 per dolar AS di Shanghai. Bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) pekan lalu menegaskan pihaknya berencana untuk menjaga yuan yang telah stabil.
PBoC mengatakan akan memantau arus modal yang beredar. Bank sentral menggandakan perizinan perdagangan beda mata yang dari suku bunga referensi menjadi 2% pada 17 Maret. Kurs spot yuan sebesar 0,9% lebih lemah dibandingkan dengan suku bunga acuan saat ini.