Bisnis.com, SEMARANG—Kawasan Industri Kendal (KIK) di Jawa Tengah ditawarkan ke sejumlah investor Jepang untuk lahan penanaman modal, khususnya sektor manufaktur.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jateng Yuni Astuti bersama rombongan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendampingi pengelola KIK melakukan presentasi Investment Promotion 2014 di Tokyo awal bulan ini.
Meski banyak dikritik kareta lambatnya pengembangan KIK, Yuni menilai saat ini promosi terus dilakukan sehingga investor segera terdaftar untuk menanamkan modal di kawasan yang hingga kini masih dalam tahap persiapan itu.
“Kendal memang masih belum sepenuhnya siap tetapi sambil disiapkan infrastrukturnya, BKPM mendukung pemda dan pengelola telah menawarkan ke investor Jepang minggu lalu,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (18/3/2014).
Pihaknya terus mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk memiliki kawasan industri sebagai daya tarik pengembangan investasi daerah, mengingat pengusaha menginginkan kemudaha pembangunan usaha.
Pengembangan KIK diserahkan kepada Pemkab Kendal yang menggandeng operator industri dengan menetapkan lokasi di Kecamatan Kendal dan Kaliwungu dengan target awal mengoperasikan 1.000 hektare dari 3000 ha yang ditargetkan.
Kini, kawasan yang telah disiapkan sejak 2006 itu dikelola perusahaan patungan antara anak perusahaan PT Jababeka, PT Graha Buana Cikarang dengan Sembcorp Development Indonesia Pte Ltd, anak perusahaan Sembawang Development Ltd Singapura.
PT Graha Buana Cikarang memiliki 51% saham, sementara Semcorp mendapatkan jatah 49% sisanya. Kedua perusahaan mengelola KIK sebagai kawasan pemusatan kegiatan industri.
Yuni memaparkan, izin usaha KIK belum terbit karena masih dalam proses studi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).
“Meski belum sepenuhnya beroperasi tetapi terus ditawarkan investor karena proses perizinan usaha kan juga tidak singkat, sambil investor masuk KIK sambil proses penyelesaian juga.”