Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABUT ASAP: Ulah Manusia atau Faktor Alam? Ini Penjelasan BMKG

BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah terus berupaya mengatasi kabut asap yang makin mengganggu akhir-akhir ini, terutama di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Kabut asap ini tidak hanya mengganggu aktivitas di dalam negeri, tetapi juga di negara tetangga."Kabut

BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah terus berupaya mengatasi kabut asap yang makin mengganggu akhir-akhir ini, terutama di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Kabut asap ini tidak hanya mengganggu aktivitas di dalam negeri, tetapi juga di negara tetangga.

"Kabut asap tersebut mengakibatkan kualitas udara di Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura terganggu," kata Menko Kesra Agung Laksono usai Rapat Teknis Upaya Penanganan Kabut Asap di kantornya malam ini, Rabu (19/6/2013).

Menurut Agung, kabut asap tersebut disebabkan oleh pola cuaca yang tidak teratur atau munculnya pusat-pusat tekanan rendah, yang akan mengubah sirkulasi massa uap air.

Hal itu mengakibatkan terjadi bencana asap yang tidak mengikuti pola umum. Kondisi seperti ini, ujarnya, tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain, misalnya muncul bencana banjir di Jerman, India, Norwegia, dan Hungaria.

Hasil analisis BMKG, ini menunjukkan adanya gangguan atmosfir dalam bentuk munculnya tekanan rendah (siklon tropis, LEEPI). "Hal itu menyebabkan tertariknya massa udara dari Indonesia ke arah Filipina yang lebih kencang dari biasanya, dan membawa asap melalui Singapura," tambah Sri Woro Budiharjo, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Menurut Sri Woro, secara umum siklon tropis akan berumur 7-10 hari sejak munculnya embrio siklon pada 18 Juni 2013. Biaya untuk mengatasi masalah asap tersebut, bisa mencapai sekitar Rp10 miliar untuk satu kasus.

Sri Woro menjelaskan siklon tropis tersebut juga mengakibatkan tertariknya massa uap air dari Indonesia bagian utara (Sumatra termasuk Riau) dan Kalimantan sehingga pada periode itu wilayah tersebut akan relatif kering. "Kebakaran yang terjadi di Riau, salah satunya akibat tertariknya massa uap air tersebut," jelasnya.

Menko Kesra menambahkan langkah-langka strategis untuk mengatasinya antara lain Kementerian Kehutanan telah menggerakkan tim Manggala Agni, untuk upaya pemadaman setiap ada laporan hotspot.

Hotspot per 18 Juni yang terjadi di Riau sebanyak 148 titik, sementara itu juga terjadi di Semenanjung Malaysia sebanyak 8 titik.

Jumlah luasan yang terbakar di Provinsi Riau, kata Agung, mencapai 850 ha lahan gambut. Luas yang sudah berhasil dipadamkan 650 ha, dengan jumlah personil Manggala Agni sebanyak 105 orang. "Hingga saat ini upaya pemadaman masih berlangsung," ujarnya.

Untuk mengatasi lebih lanjut masalah ini, kata Agung, dia menjadwalkan Rakor Tingkat Menteri pada Kamis pagi 20 Juni.

Menko Kesra juga telah memerintahkan kepada kementerian dan lembaga terkait, serta gubernur untuk menangani bencana asap.

Selain itu Kementerian Luar Negeri akan menggelar pertemuan tim teknis Indonesia-Singapura pada 20 Juni, untuk membahas kerja sama penanggungan asap.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmayulis Saleh
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper